helaibuku.blogspot.com/ Makna dari upacara ini adalah untuk mohon anugerah
untuk belajar dan menekuni ilmu pengetahuan, seperti kesusilaan keagamaan,
weda-weda dan sebagainya yang menyangkut kejujuran. Demikian juga Pawintenan
Saraswati bagi Pelajar bermakna untuk memohon anugerah kesucian atau untuk mengkondisikan
diri agar siap menerima ilmu pengetahuan yang suci sehingga mempunyai kecerdasan intelektual,kecerdasan susila atau
kecerdasan social dan kecerdasan spiritual dan emosional. Upacara ini juga
untuk memohon restu dari Hyang Widhi agar
dapat mempelajari ilmu pengetahuan suci, mempelajari Weda-weda dan ilmu agama
serta pengetahuan lainnya
Upacara Pawintenan
Saraswati ini sebagai persembahan untuk memuja dan memulyakan Dewa Tiga :
Batara Guru sebagai pelindung yang melenyapkan segala kesusahan, penderitaan
dan kesengsaraan. Juga untuk Betra
Saraswati mekadi penguasa pengeweruhan (ilmu
pengetahuan).
Susunan upakaranya : Daksina, peras ajuman, banten
saraswati, kadulurin cekepan (pustaka)/buku.
Di Hadapan Sanggar Pesaksi ;
Banten pawintenan, lengkap dengan tataban.
Yang akan mawinten masing-masing membawa atau berhadapan
dengan banten peras satu tanding, biyakala serta segaan cacah dihaturkan kepada
Bhuta.
Penjelasan Banten
Banten Saraswati:
Alasnya adalah tamas yang di
dalamnya berisi pisang emas bubur perecet 22 (dua puluh dua biji) bubur dibungkus
dengan daun beringin 22 (dua puluh dua biji) bubur dibungkus dengan keraras
(daun pisang kering), 22 (dua puluh dua biji), air cenana, empehan (air susu),
aduk nyahnyah (sangria) gula kelapa, diisi jajan magenepan (segala rupa),
buah-buahan, canang mererepe, canang lenga wangi burat wangi, canang sari.
Disampingnya tamas lainya berisi bunga-bunga yang berwarna putih, seperti: bunga menuh, bunga
gambir yang merupakan simbul: betara Gana, tanjung, sudemala, cecak dan
sebagainya.
Banten Pawintenan Alit
Dasarnya atau alasnya adalah kulit sesayut, yang berisikan
satu buah tumpeng yang mana pucuk atau
puncak tumpengnya diberi telur bebek yang sudah direbus, dagingnya adalah
daging bebek putih yang diguling,
beserta jajan magenepan (segala rupa) raka-raka, buah-buahan, jajan Saraswati
11 (sebelas biji).
Alat Pengerajah Yang Digunakan Untuk Ngerajah:
- lekesan 25 (dua lima
biji) di ujungnya berisi
- Tunjung biru 25 (dua
lima helai)
Itu digunakan sebagai labaan.
Kemudian lekesan yang tiga buah dirajah (dengan tulisan teriaksara (Ang Ung
Mang) lekesan tersebut akan dikunyah atau dimakan. Selain itu persiapan lainnya
adalah madu atakir (satu wadah kecil), katik base (batang daun sirih) banyaknya
disesuaikan dengan jumlah orang yang
akan mawinten. Inilah yang kemudian digunakan untuk ngerajah.
Ngerajah menggunakan
madu,bila hendak mawinten pamangku. Tetapi
bila mawinten saraswati (hendak
mengawali belajar atau mulai sekolah) tidaklah memerlukan rerajahan menggunakan
madu
Tata upacaranya : Pertama diawali dengan pengelukatan, peguntingan, pengerajahan
Setelah itu barulah melaksanakan pawintenan, melakukan
muspa. Upacara pawintenan sebaiknya berpasangan bila sudah berkeluarga yaitu
mawinten lanang-istri.
Beratan Pemangku :
wajib berambut panjang, bila hendak memotong rambut,
sebaiknya yang memotong rambutnya adalah seorang pemangku,boleh juga mencukur rambut sendiri.
Bila hendak menjalankan kewajiban sebagai seorang pemangku
(melakukan, ngemargiang swedarma) patut mabusana sarwa memutus (kepemangkuan)
/wajib berbusana putih. Tidak boleh makan sapi dan daging babi piaraan.
Disaat ada yang meninggal/ kematian (kacuntakaan) seharusnya
membatasi diri, tidak boleh ikut serta ngarap sawa,(menyentuh jenasah) wiyadin mekawit saking upecara.(biarpun
berasal dari upacara).
Dipetik dari Buku Wikarman Singgih Inyoman,Sanggah
Kamulan Fungsi dan pengertiannya
Komentar
Posting Komentar