helaibuku.blogspot.com/
Sahabat Helai Buku bagaimana kabarnya? Semoga saja dalam keadaan baik selalu. Bagaimana
sudah belajar belum? Baiklah di bawah ini Helai Buku petikkan Materi Ajar
Pendidikan Agama Hindu Untuk SD Kelas III (tiga) K13 (Kurikulum 13) dan
KTSP. Selamat belajar!
1. TRI PARARTHA
a. Pengertian Tri
Parartha
Tri Parartha berasal dari bahasa Sanskerta,dari kata Tri dan
Parartha. Tri artinya 3 (tiga) dan Parartha artinya kebahagiaan atau
kesejahteraan
Jadi arti dari Tri Parartha adalah: tiga jenis prilaku yang
menyebabkan atau mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan mahluk hidup.
Tiga jenis prilaku itu
atau bagian-bagian Tri Parartha adalah:
1.
Asih
2.
Punia
3. Bhakti
b. Arti dari
Masing-Masing Bagian Tri Parartha:
1. Asih
Asih artinya prilaku welas asih atau kasih sayang dan rasa
perduli terhdap mahluk atau benda ciptaan Tuhan. Mengasihi dan peduli terhadap
lingkungan sekitar agar terjaga kebersihan dan kelestriannya. Menyayangi atau
mengasihi hewan dan tumbuh-tubuhan sebagai mahluk ciptaan Tuhan. Mengasihi
keluargaa,teman, serta orang lain sebagai sesama manusia. Menyayangi atau
menjaga beda-benda baik milik sendiri serta benda-benda sekitar kita agar terjaga
keberadaannya.
2. Punia
Punia artinya memberikan bantuan tanpa pamrih. Pemberian
bantuan dapat berupa materi atau harta
benda, dapat berupa perbuatan atau jasa, dapat berupa pengetahuan juga dapat
berupa bantuan dukungan moral.
3. Bhakti
Bhakti artinya prilaku hormat dan rasa yang tulus dan iklas.
Hormat dapat ditunjukkan kepada orang orang tua, orang yang lebih tua, guru,
orang suci, pemerintah dan lain-lainnya.
c. Contoh-contoh Prilaku Tri Parartha:
1. Contoh Prilaku Asih:
Saling mengasihi sesama teman: Made tidak tega melihat salah
satu temannya di bully oleh teman lainnya yang nakal. Ia menasehati teman yang
nakal tersebut agar tidak suka membuli temannya tersebut.
Mengasihi bintang:
Walaupun di sekitar rumahnya ada banyak burung tetapi gede tidak pernah
bermaksud untuk menangkapnya, karena ia tahu yang terbaik adalaah tetap
membiarkan burung itu hidup liar di alam bebs.
Memelihara lingkungan: Bagi NI luh, pantang baginya untuk
membuang saampaah sembarangan. Sebab dengaan membuang sampah sembarangan akan mengotori dan mengakibatkan kerusakan
lingkungan.
Jadi contoh prilaku asih dalam kehidupan sehari-hari antara lain:
- Mengasihi keluarga dan sahabat
- Menghindari pertengkaran dan permusuhan
- Menyayangi hewan dan tanaman peliharaan
- Memelihara dan menjaga kelestarian hutan
Dalam Bhagavad Gita , Bab XII,sloka 13 disebutkan:
Adwesta sarwa bhutanam
maitraa karuna ewa ca
Nirmana nirahamkaraa
sama dukha sukhaa ksami
Artinya:
Dia yang mempunyai itikad kebajikan
sikap bersahabat dan ramah tamah
Bebas dari rasa keakuan dan keangkuhan
sama dalam suka dan duka, serta rela memaafkan
2. Contoh Prilaku
Punia:
Wayan tergerak hatinya untuk membantu teman yang kena
bencana alam dengan menyumbang pakaian bekas.
Memelihara tanaman dengan menyiangi, memupuk dan menyirami
tanman yang ada di halaman sekolah atau halaman rumah
Ni Putu melihaat salah seorang temannya yang kehilangan uang
jajannya sehinga tidak bisa belanja di kantin. Melihat hal itu Ni Putu
memberikan sebagiaan kuenya kepada temannya tersebut.
Jadi contoh prilaku Punia antara lain:
- Menolong dan membantu korban bencana alam
- Menolong teman yang kurang mampu
- Menyumbang kepada orang miskin
- Memberi rasa aman kepada orang yang butuh perlindungan
- Membantu orang suci
3. Contoh Bhakti:
-Rajin sembahyang: Setiap akan berangkat ke sekolah Ketut
Dharma selalu menyempatkan diri untuk sembahyang di Sanggah Kemulannya setelah
itu ia mohon ijin kepada orang tuanya untuk berangkat ke sekolah.
-Melayni orang tua: Setiap pagi Ni Luh Sulasih selalu bangun
lebih awal dari ibunya. Sebab ia akan menyediakan air panas untuk menyedu kopi yang akan
disiapkan kepada kedua orang tuanya sebelum mereka berangkat bekerja.
Jadi Contoh Bhakti kepada Tuhan antara lain:
- Rajin Tri Sandya atau sembahyang setiap hari
- Melakukan pemujaan pada hari-hari suci
- Memelihara kesucian tempat suci
- Mengamalkan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari
Jadi Contoh Bhakti Kepada orang tua antara lain:
- Mematuhi perintah dan nasehat orang tua
- Membantu pekerjaan orang tua di rumah
- Tidak membuat malu orang tua
- Menyenangkan hati orang tua
Jadi Contoh Bhakti kepada Guru antara lain:
- Mentaati perintah dan nasehat guru
- Mentaati peraturan sekolah
- Belajar dengan tekun dan sungguh-sungguh
d. Upaya-Upaya
Meningkatkan Prilaku Tri Parartha
- Selalu mendengarkan dan menuruti nasehat dari orang tua,
guru di sekolah dan pemerintah.
- Memiliki rasa empati atau peduli kepada keluarga,teman,
sesama mahluk hidup dan lingkungan.
- Disiplin menjalankan ajaran-ajaran agama
- Bertangung jawab terhdap tugas dan kewajiban
- Menumbuhkan Sikap toleransi kepada orang lain
- Mengasihi keluarga, teman, orang lain, sesame mahluk dan
lingkungan.
- Suka membatu orang lain
- Mengamalkan Tri Kaya Parisudha
- Membiasakan diri melakukan dana punia
- Selalu menjaga kerukunan
- Rajin melakukan Tri Sandya
- Membiasakan diri selalu berdoa sebelum dan sesudah melakukan
suatu kegiaatan.
2. DAIVI SAMPAD DAN
ASURI SAMPAD DALAM KITAB BHAGAVADGITA
a. Bhagavadgita
Sebagai kitab suci Veda
Secara garis besar Veda dapat digolongkan menjadi 2 (dua)
yaitu Veda Sruti dan Veda Smerti.
Veda sruti adalah wahyu yang didengar langsung oleh para
Maha Rsi yang kemudian dikenal dengan Catur veda Samhita yang terdiri dari:
- Reg Veda disusun oleh Maha Rsi Pulaha
- Sama Veda disusun oleh Maha Rsi Jaimini
- Yajur Veda disusun oleh Maha Rsi Vaisampayana
- Atharva Veda disusun oleh Maha Rsi Sumanthu
Veda Smerti adalah Veda yang ditulis berdasarkan ingatan.
Terdiri dari:
- Vedangga
- Upaweda
- Nibandha
Sedangkan Bhagavadgita adalah Veda yang kelima, oleh karena
itu sering disebut Pancama Veda. Bhagavadgita diwejangkan oleh Sri Krisna
kepada Arjuna pada saat arjuna mengalami kebimbangan sesaat sebelum perang
Bharata Yuda dimulai di lapangan Kurusetra. Kisah ini terdapat dalam Wiracarita
Mahabharata. Mahabharata tergolong kedalam Itihasa.
Salah satu wejangan Sri Krisna dalam Bhagavadgita adalah
tentang Daivi Sampad dan Asuri Sampad.
b. Daivi Sampad dan
Asuri Sampad dalam Bhagavadgita
Seperti disebutkan di atas bahwa Daivi Sampad dan Asuri
Sampad terdapat dalam Kitab Bhagavadgita. Istilah lain untuk Daivi Sampad dan
Asuri Sampad adalah Subha Karma dan Asubha Karma. Subha Karma adalah perbuatan
yang baik, sedangkan Asubha Karma adalah perbuatan yang buruk.
Kitab Bhagavadgita adyaya XVI sloka 6 membagi jenis manusia
ke dalam dua bagian yaitu Daivi Sampad dan Asuri Sampad.
1. Daivi Sampad
Kata Daivi berasal dari akar kata “div” yang artinya
sinar,kemudian menjadi kata deva.
Daivi Sampad adalah sifat-sifat kedewataan,sifat Sattwam,
sifat mulia dan bijaksana, berpikiran suci dan lurus serta tidak tergoyahkan
merupakan sifat-sifat yang terpuji.
Dalam Bhagavadgita disebutkan:
Tejah ksama dhrtih saucam,adroho na timanita Bhavanti
sampadan daivim, abhijatasya bharata
(Bhagavadgita,XVI.3)
Artinya:
Cekatan,suka memaafkan, teguh Sraddha, budi luhur, tidak iri
hati, tanpa keangkuhan, semua ini adalah harta, dari dia yang dilahirkan dengan
sifat-sifat Devata, wahai Arjuna (Pudja:2004:372)
Berdasarkan sloka di atas, sifat-sifat Daivi Sampad antara lain:
- Cekatan
- Suka memaafkan
- Teguh menyakini Sang Hyang Widhi
- Berbudi luhur
- Tidak iri hati
- Tidak angkuh
Wujud sifat Daivi sampat dalam kehidupan sehari-hari:
- Rajin membantu orang tua
- Hormat dan patuh kepada orang tua
- Hormat dan sayang kepada guru
- Taat beragama
- Rajin belajar dan bekerja
- Hidup bertetangga dengan baik
- Mencintai alam semesta
- Berkata dan berperilaku yang sopan dan santun
2. Asuri Sampad
Asuri sampad adalah sifat-sifat raksasa. Sifat raksasa
antara lain: congkak, sombong, lobha atau serakah, arogan, berhati jahat, suka
memfitnah,mencuri, menyiksa dan sifat-sifat negative lainnya. Dalam
Bhagavadgita disebutkan:
Dambho darpo bhimanas ca, krodah parusyam eva ca, ajnanam
cabhijatasya, partha sampadam asurim.
(Bhagavadgita,XVI.7)
Artinya:
Berpura-pura, angkuh, membanggakan diri, marah, kasar,
bodoh, semua ini adalah keadaan mereka yang dilahirkan dengan sifat-sifat
raksasa, wahai Partha (Arjuna) (Pudja: 2004:373)
Berdasarkan sloka di atas, sifat-sifat Asuri Sampad adalah sebagai berikut:
- Suka berpura-pura (dhambo)
- Angkuh dan sombong (darpo)
- Membanggakan diri (abhimanas)
- Pemarah, pendengki, dan pendendam (krodha)
- Keras dan kasar (parusia)
- Bodoh tampa ilmu (ajnyana)
Wujud dalam kehidupan sehari-hari:
- Tidak berbakti kepada Catur Guru
- Serakah atau selalu rakus
- Memandang rendah kepada orang lain
- Mementingkan diri sendiri atau egois
- Suka pamer dan dipuji
- Tidak senang mendengar pendapat orang lain
- Pendengki dan iri hati
- Penghianat, pembohong dan pemarah
c. Contoh Daivi
Sampad dan Asuri Sampad
1. Contoh Daivi
Sampad
-Dalam cerita Mahabharata Devavrata (Bisma) rela
mengorbankan dirinya untuk nyukla brahmacari (tidak menikah seumur hidupnya)
demi kebahagiaan ayahnya Raja santanu dengan Devi Satyavati.
-Ni Kadek Pradnyawati adalah anak yang cerdas dan baik hati.
Ia rajin belajar dan membantu orang tuanya. Walaupun ia pintar dan berasal dari
keluarga yang kaya,tetapi ia tidak angkuh daan sombang. Ia sangat sopan dalam
bersikap daan berbicara dengan orang lain. Ia juga sangat hormat kepada orang
tua dan gurunya di sekolah, oleh sebab itu ia disayang oleh banyak orang.
2. contoh Asuri
Sampad
-Dalam cerita Mahabharata, Duryodana tega mengorbankan
saudara sepupunya untuk memuaskan sifat
angkuh dan serakahnya. Dengan bantuan Sakuni
yang licik ia berhasil mengalahkan Pandawa dalam permainan judi lalu
merebut kerajaan Pandawa yakni Indraprasta menjadi miliknya.
-Tersebutlah ada seorang anak yang sangat nakal, ia tidak
pernah mau mendengar nasehat orang tuanya. Di malas belajar dan suka
mabuk-mabukan bersama teman-temannya. Pada suatu hari ia tertangkap warga
karena mencuri di rumah salah seorang warga. Tubuhnya babak-belur karena
dihakimi warga tapi beruntung ada polisi yang mengamankannya. Akhirnya ia masuk
penjara dan masa depannyapun menjadi suram.
d. Upaya
Mengendalikan Asuri Sampad
Upaya untuk mengendalikan Asuri Sampad adalah dengan
pengendalian diri dari sifat-sifat buruk (Asuri sampad)
- Selalu mendengarkan dan menuruti nasehat orang tua, guru di
sekolah dan pemerintah
- Mengamalkan ajaran Tri Kaya Parisudha yaitu berpikir,berkata
dan berbuat yang baik.
- Mengamalkan ajaran Tri Parartha yaitu: Asih,Punia dan Bhakti
- Mengamalkan ajaran Dasa Yama dan Nyama Brata
- Mendekatkan diri dengan Tuhan dengan rajin sembahyang dan
Tri Sandya
3. TOKOH-TOKOH UTAMA
MAHABHARATA
Mahabharata adalah
wiracarita atau cerita kepahlawanan yang berisi kisah pertempuran Pandawa
melawan Kaurawa di padang Kuru Setra. Perang ini dikenal dengan Bharatayudha yang berlangsung selama 18 hari. Kisah ini sarat akan pesan moral. Cerita ini disusun oleh Maha Rsi
wyasa. Bersama dengan Ramayana kitab Mahabharata ini tergolong ke dalam
Itihaasa. Kisah Mahabharata ini sangat panjang dan rumit. Terdiri dari 18 parwa
sehingga disebut dengan Astadasa Parwa.
a. Tokoh-Tokoh Dalam
Cerita Mahabharata
1. Sri Krsna
Sri Krsna dalam Purana maupun dalam Mahabharata adalah
seorang Avatara Visnu yang turun ke dunia untuk menegakkan kebenaran. Sri
Krisna punya andil dalam menegakkan kebenaran atas keangkuhan dan keserakahan
Duryodana. Dalam perang Bharta Yudha Sri Krisna berperan sebagai penasehat
Pandawa juga sebagai kusir kereta perang Arjuna.
2. Yudhistira
Yudistira adalah raja Indraprasta. Ia adalah putra Kunti
yang tertua dengan Pandu. Di Pandawa ia adalah saudara tertua. Yudistira
disebut sebagai titisan Dewa dharma karena kesopanan, kelembutan hati ,
keadilan dan kebijaksanaannya.
3. Bhima
Bhima adalah anak kedua dalam Panca Pandawa. Bhima dikenal
berperawakan tinggi besar dan kuat. Ia berpembawaan lugas dan tegas, serta
berpendirian teguh dan pemberani.
4. Arjuna
Arjuna alah putra ketiga dalam Panca Pandawa. Arjuna dikenal
cerdas dan pandai memanah. Ia juga pemberani dan rupawan. Ia sangat dekat
dengan Krisna sehingga Krisna rela menjadi kusir keretanya dalam perang Bharata
Yudha. Arjuna sangat beruntung karena dapat mendengar langsung
wejangan-wejangan Sri Krisna sesaat sebelum perang dimulai. Kala itu ia
diliputi rasa bimbang karena harus bertempur dengan paman, guru juga
saudara-saudaranya. Wejangan Sri Krisna itu kemudian dikenal dengan
Bhagavadgita.
5. Nakula dan Sahadewa
Nakula dan Sahadewa adalah saudara kembar. Mereka adalah
putra Pandu dengan ibunya yang bernama
Dewi Madri. Nakula disebutkan paling tampan diantara kelima Pandawa. Sedangkan
Sahadewa disebut memiliki kelebihan dalam hal ramal-meramal yaitu ilmu
astronomi.
6. Duryodana
Duryodana adalah yang tertua dari seratus Kaurawa. Ayahnya
bernama raja Drstarasta dan ibunya bernama Dewi Gandari. Dari kecil ia sudah
memiliki sipat dengki terhadap Pandawa. Duryodana dikenal keras kepala, angkuh,
sombong dan arogan. Ia sangat semena-mena terhaadap Pandawa.
7. Dursasana
Dursasana adalah anak kedua dari raja Drstarasta dengan Dewi Gandari. Dursasana mempunyai sifat yang
sama dengan kakanya dan ia sangat mendukung Duryodana.
8. Sangkuni
Sangkuni adalah paman dari Kaurawa. Sangkuni merupakan kakak
dari Dewi Gandari. Sangkuni sangat licik, sejak kecil ia sudah meracuni pikiran
Duryodana agar membenci Pandwa.
9. Raja Drstarasta
Drstarasta adalah kakak dari Pandu dan Widura,putra dari
Wicitrawirya. Drstarasta dilahirkan buta. Drstarasta amat menyayangi dan
memanjakan Duryodana, sehingga berbuat tidak adil terhadap Pandawa.
10. Dewi Gandhari
Dewi Gandhari adalah istri dari Dritarastra. Dewi gandari merupakan putri dari raja Subala. Ia saudara dari Sakuni. Dewi Gandhari adalah ibu dari Para Kaurawa yang berjumlah 100. satu-satunya anak perempuannya bernama Dursala.
11. Bhisma
Nama kecilnya adalah Deva Vrata. Ia adalah putra raja
Santanu dan ibunya bernama Dewi Gangga. Bhisma adalah ksatria sejatri. Demi
Bhaktinya kepada ayahnya dia rela bersumpah untuk tidak menikah seumur
hidupnya. Sehingga yang menjadi raja pengganti ayahnya adalah adik tirinya.
Bhisma merupakan kakek dari Pandawa dan Kaurawa.
12. Guru Drona
Drona adalah guru bagi Pandawa dan Kaurawa. Ia mengajarkan
ilmu perang dan cara menggunakan berbagai jenis senjata kepada bangsawan Astina
Pura. Semasa kecilnya Drona bersahabat dengan Drupada setelah dewasa mereka
akhirnya bermusuhan.
13. Karna
Karna terlahir sebagai bayi yang malang. Ibunya dalah Dewi
Kunti yang melahirkan karna ketika Kunti masih remaja atau belum mempunyi
suami. Untuk menutupi malunya Karna yang masih bayi dibuang dengan cara
dihanyutkan ke sungai. Karna akhirnya dipungut oleh istri seorang kusir kereta.
Ketika dewasa Karna tumbuh menjadi pemuda yang pemberani dan mahir memanah. Ia
akhirnya bersahabat dengan Duryodana yang menghadiahinya kerajaan sehingga
Karna menjadi raja di kerajaan Angga. Tragisnya dalam pertempuran Bratha Yudha
ia tewas oleh adiknya sendiri yaitu Arjuna.
14. Pandu
Pandu adalah Raja Hastina Pura ia bersaudara dengan Dritarastra dan Widura. Pandu adalah ayah dari Pandawa. Pandu mempunyai dua istri yaitu Dewi Kunti dan Dewi Madri.
15. Dewi Kunti
Dewi Kunti adalah istri dari Pandu. ia adalah putri dari Raja Sura. Nama kecilnya adalah Pritha. Namun setelah menjadi anak angkat Raja Kuntibhoja namanya menjadi Kunti. Dewi Kunti merupakan Ibu dari Yudistira, Bhima dan Arjuna.
16. Dewi Madri
Dewi Madri adalah istri dari Pandu. Dewi Madri mempunyai putra kembar yakni: Nakula dan Sahadewa.
17. Widura
Widura adalah adik dari Dritarastra dan Pandu. Widura merupakan paman dari Pandawa dan Kaurawa. Widura dikenal pandai dan bijaksana. Saat perang Bharatayuda terjadi ia tidak memihak siapapun.
18. Drupadi
Drupadi lahir dari api ayahnya. Ayahnya bernama Raja Drupada. Drupadi merupakan istri dari para Pandawa yang dimenangkan melalui sayembara.
19. Abhimanyu
Abhimanyu adalah putra dari Arjuna dan Dewi Subadra. Dewi Subadra merupakan adik dari Sri Krishna. Pada saat Arjuna bertapa Abhimayu menjadi murid Sri Krishna.
20. Gatotkaca
Gatotkaca adalah anak dari Bhima dan Dewi Dimbi (Arimbi). Arimbi berasal dari golongan raksasa sehingga tubuhnya besar dan kuat.
b. Tokoh-Tokoh Baik
Dalam Mahabharata
- Sri Krisna
- Yudistira
- Bhima
- Arjuna
- Nakula
- Sahadewa
- Dewi Kunti
- Pandu
- Widura
c. Tokoh-Tokoh Yang
Tidak Baik Dalam Mahabharata
- Duryodana
- Dursasana
- Sangkuni
- Drstarasta
- Sisupala
- Drona
d. Karakter Yang
Dapat Diteladani
Sri Krisna adalah
avatara Visnu yang turun ke dunia untuk menegakkan kebenaran. Krisna sangat
bijaksana dan memihak pada kebenaran
Yudistira
memiliki sifat yang adil, jujur dan
rendah hati,setia kepada kata-kata dan perbuatannya yang selalu memihak
kebenaran.
Bhima memiliki
sifat teguh dalam melaksanakan tugas,berani, tegas dan bertanggung jawab dalam
melaksanakan tugas dan selalu memihak kebenaran.
Arjuna memiliki
sifat tekun dalam menuntut ilmu,tepat dalam mengambil keputusan, berani dan
berhati lembut serta selalu membela kebenaran.
Nakula memiliki
sifat setia, welas asih, dan mampu menyimpan rahasia yang sangat penting.
Bertanggung jawab dan selalu bertindak sesuai dengan jalan kebenaran.
Sahadewa memiliki
sifat mulia serta bijaksana,teliti, rendah hati dan bertanggung jawab serta
selalu menjalankan kebenaran.
4. PLANET DALAM TATA
SURYA HINDU
a. Astronomi Hindu
Dalam Wedangga yang
merupakan bagian dari Veda Smerti
disebutkan istilah Jyotisa. Jyotisa adalah ilmu tentang Astronomi,
Astrologi yaitu ilmu perbintangan atau ilmu untuk mempelajari benda-benda
langit .
Jyotisa atau ilmu Astronomi ini sangat penting kedudukannya
dalam kehidupan Umat Hindu, karena digunakan untuk menentukan hari baik,
meramal musim, menentukan arah mata angin, menentukan hari suci, dan terkait
dengan pelaksanaan upacara dan sebagainya.
b. Planet-Planet
Dalam Ajaran Veda
Sesuai dengan arti kata Veda yang berasal dari kata “vid”
yang artinya pengetahuan, ini menandakan bahwa agama Hindu yang kita anut
sejalan dengan ilmu pengetahuan ilmiah. Dalam Veda juga menyebutkan keberadaan
planet-planet seperti ilmu pengetahuan ilmiah,hanya saja penyebutannya yang
berbeda. Berikut nama-nama planet menurut Veda yaitu:
- Aditya = Matahari
- Budha = Merkurius
- Sukra = Venus
- Soma = Bumi
- Anggaraka = Mars
- Brihaspati = Jupiter
- Saniscara = Saturnus
- Rahu = Uranus
- Ketu = Neptunus
Di atas nomor 8 dan 9 disebutkan planet “rahu” dan “ketu” ,
namun dua istilah ini belum dapat dipadankan dengan planet Uranus dan Neptunus.
Pada system planet Hindu, susunan atau ikatan planet disebut
dengan Nawagrah, sedangkan planet atau benda-benda langit disebut dengan
Brahmanda (telur Brahman)
Selain mengenal planet-planet dalam Purana-purana juga disebutkan tentang lapisan alam semesta.
Ada dua lapisan alam, lapisan ke atas disebut Sapta Loka dan lapisan alam ke
bawah disebut Sapta Petala
Lapisan Sapta Loka:
7. Satya Loka
6. Tapa Loka
5. Jana Loka
4. Maha Loka
3. Swah Loka
2. Bwah Loka
1. Bhur Loka
Lapisan Sapta Patala:
1. Patala
2. Rasa Tala
3. Maha tala
4. Talatala
5. Sutala
6. Vitala
7. Atala
c. Bulan-Bulan Atau
Sasih Dalam Agama Hindu
Bahasa
Sanskerta
|
Bahasa Kawi
|
Bahasa Indonesia
|
Sravana
|
Kasa
|
Juli
|
Bhadravada
|
Karo
|
Agustus
|
Asvina
|
Katiga
|
September
|
Kartika
|
Kapat
|
Oktober
|
Marghasira
|
Kalima
|
November
|
Pausa
|
Kaenem
|
Desember
|
Magha
|
Kapitu
|
Januari
|
Phalguna
|
Kaulu
|
Pebruari
|
Chaitra
|
Kasanga
|
Maret
|
Vaisaka
|
Kadaasa
|
April
|
Jyesta
|
KaJyesta
|
Mei
|
Asada
|
Kasada
|
Juni
|
Keberadaaan Bulaan atau Sasih dalam hindu sangat erat
kaitannya dengan hari-hari suci Hindu juga sangat penting dalam menentukan hari
baik atau padewasan untuk melakukan suatu kegiatan upacara. Bagi petani
keberadaan Sasih sangat bermanfaat sebagai pertanda untuk bercocok tanam dan
menentukan jenis tanaman yang cocok ditanam pada sasih tersebut.
d. Hari-Hari Dalam
Agama Hindu
Bahasa
Sanskerta
|
Bahasa Kawi
|
Rawi
|
Redite
|
Soma
|
Soma
|
Manggala
|
Anggara
|
Budha
|
Buda
|
Brihaspati
|
Wraspati
|
Sukra
|
Sukra
|
Sani
|
Saniscara
|
e. Nama-Nama Wewaran
- Eka Wara : Luang
- Dwi Wara: Menga, Pepet
- Tri Wara : Pasah, Beteng, Kajeng
- Catur Wara : Sri, Laba, Jaya, Mandala
- Panca Wara : Umanis, Paing, Pon, Wage, Keliwon
- Sad Wara : Tungleh, Aryang, Urukung, Peniron, Was, Maulu
- Sapta Wara : Redite, Soma, Anggara, Budha, Wrhaspati, Sukra,
Saniscara
- Asta Wara : Sri, Indra, Guru, Yama, Ludra, Brahma, Kala, Uma
- Sanga Wara : Dangu, Dangur, Gigis, Nohan, Ogan, Erangan,
Urungan, Tulus, dadi
- Dasa Wara : Pandita, Pati, Suka, Duka, Manu, Manusa, Sri,
Raja, Dewa, Raksasa
5. TARI KEAGAMAAN
HINDU
Tarian secara umum artinya gerak badan,tangan,kaki,dan mataa
yang mengandung makna tersendiri.
Di Bali taarian dapat digolongkan menjadi tiga yaitu:
1. Tari Bali atau
Tari Wali
Tari wali adalah tari sakral yang mengandung simbolis
religious. Tarian ini hanya ditarikan pada saat upacara yjna tertentu,tidak
boleh ditarikan sembarangan. Tarian ini sebagai pelengkap yajna,tampa tarian
ini yajna itu tidak dianggap lengkap atau tidak sah. Contohnya tari Topeng Sida
karya, Tari Sanghyang
2. Tari Bebali
Tari Bebali adalah tarian semi sakral yang dipentaskan pada
saat jalannya upacara namun fungsinya sebagai penunjang atau pengiring jalannya
upacara, bukan ditarikan pada upacara Yajna tertentu atau secara khusus.
Demikian juga tampa tarian ini jalannya upacara yajna tetap dianggap sah.
Contoh tarian ini adalah tari Rejang Sari, tari pendet
3. Tari Balih-balihan
atau Tari Profan
Tari Balih-balihan ini bersifat hiburan atau tontonan semata
untuk memeriahkan jalannya suatu upacara atau acara atau perhelatan. Maka biasa
tarian ini dipentaskan di hotel, acara pernikahan dan sebagainya.
Dari ketiga jenis tarian di atas, tarian balih-balihanlah
yang paling pesat perkembangaannya. Terkadang tarian yang dipentaskan keluar
dari jalur atau rambu-rambu serta pakem-pakem yang sudah ditentukan oleh para
pendahulunya.
Tarian menurut Hindu hendaknya memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut:
- Satyam, artinya tarian itu hendaknya mengandung unsur kebenaran
- Siwam, artinya tarian itu hendaknya mengandung unsur
kesucian hati
- Sundaram, artinya tarian itu hendaknya mengandung unsur seni
yang dapat mendamaikan hati
Tarian yang baik mestinya mengandung unsur-unsur tersebut di
atas.
b. Contoh-Contoh Tari
Sakral
1. Tari Rejang Dewa
Tarian ini dipentaskan pada saat upacara yajna sedang
berlangsung. Penarinya terdiri dari anak-anak perempuan yang msih gadis.
Pakeannya menggunakan warna kuning dan putih, dengan hiasan kepala menggunakan
janur kuning.
2. Tari Baris
Tari Baris melambangkan kepahlawanan seorang prajurit. Ada
bermacam-macam tari Baris diantaranya: baris Dapdap, baris Ketekok Jago, Baris
Perisi, Baris Tumbak yang paling banyak jumlahnya di Bali.
3. Tari Sang Hyang
Tari Sang Hyang
sangat magis dan tidak sembarang orang bisa menarikannya. Tari sang
hyang merupakan dari kekuatan Supranatural Sang Hyang Widhi/Tuhan yang masuk ke
dalam diri sang penaari. Ada beberapa
macam tari Sang Hyang diantaranya: Sang Hyang Dedari, Sang Hyang Jaran, Sang
Hyang Api dan sebagainya.
4. Tari Topeng Sidakarya
Tari Topeng Sidakarya sering juga disebut dengan topeng
pajegan. Tari ini ditarikan pada saat upacara tertentu yang ditarikan oleh stu
orang namun mengambil peran atau karakter topeng yang berbeda-beda secara
bergantian. Tujuan ditarikannya topeng
Sidakarya ini adalah untuk memohon agar upacara yajna yang dilaksanakan dapat
berjalan baik tampa adanya suatu halangan.
e. Contoh-contoh Tari
Balih-Balihan atau Profan
1. Tari Janger
Tari janger merupakaan tarian kaula muda yang sedang tumbuh
berkembang. Ditarikan secara berpasangan yang memadukan gerak tari dan
nyanyian.
2. Tari Cendrawaasih
Tarian ini menggambarkan gerak dan kehidupan burung
cendrawasih di alam liar. Tarian ini ditarikan oleh gadis-gadis dengan gerakan
dan hiasan yang menawan, sehingga menghibur penonton yang melihatnya.
Dipentaskan dalam perhelatan atau acara-acara kemasyarakatan.
3. Tari Joged
Bungbung
Tarian yang belakaangaan menjadi sangat phenomenal karena
tak jarang ditarikan dengan gerakan-gerakan yang kurang pantas untuk dilihat di
depan umum. Tarian ini adalah tarian pergaulan.
4. Tari Oleg
Tambulilingan
Tarian ini mengisahkan tentang sepasang serangga yang sedang
bercengkrama. Tarian ini ditarikan berpasangan. Diciptakan oleh Mario, dll
f. Upaya Melestarikan
Tari Kegamaan
Meraangsang minat kaula muda untuk belajar keagamaan dengan
memberikan les atau latihan secara gratis di masing-masing banjar atau pura
dadya.
- Mengadakan program ekstrakurikuler menari di sekolah-sekolah
atau pasraman
- Menggalakkan kegiatan lomba menari dari tinggkat pedesaan
sampai ke tingkat yang lebih tinggi
- Memperbanyak sanggar tari untuk meltih ank-anak menari
- Menumbuhkan kecintaan terhadap budaaya leluhur
6. SEMBAHYANG DALAM
AGAMA HINDU
a. Sembahyang Untuk Meningkatkan Keyakinan
Ada empat cara atau jalan untuk mencapai Yang Widhi, yang
disebut dengan Catur Marga Yoga yaitu dengan Bhakti Marga, Karma Marga, Jnana
Marga dan Raja Marga. Salah satu cara
atau jalan untuk menuju atau mencapai Tuhan adalah dengan wujud bhakti salah
satunya adalah dengan cara sembahhyang.
Dari keempat jalan tersebut Sembahyang adalah cara yang
termudah, namun memiliki manfaat yang luar biasa bagi kehidupan kita.
Kata sembahyang berasal dari kata “sembah” dan “Hyang” .
Sembah artinya memuja dan Hyang artinya
Tuhan. Jadi sembahyang artinya memuja Tuhan. Orang Hindu Bali dan Jawa menyebut
Tuhan dengan Hyang Widhi,oraang Hindu Kalimantan menyebut Ranying Hatala
Langit, Umat Hindu di Maluku menyebut Opojo
Laastala, Sedangkan
Umat Hindu di Kalimantan Selatan menyebut-Nya Nining Bahatara. Apapun
sebutannya kita sesungguhnya memuja atau menyembah Tuhan yang sama dengan
segala manifestasinya.
Lalu apakah manfaat sembahyang bagi kita? Sembahyang membuat
hati kita menjadi tenang dan bahagia, membuat jiwa kita menjadi damai dan
bahagia, dengan damai dan bahagia dapat memperpanjang usia. Selain itu sang
Jiwatman (Atma yang berada dalam diri kita akan terinisiasi dari dosa (pengaruh
duniawi yang diakibatkan badan) sehingga
kwalitas kesuciannya semakin meningkat bagi badan akan meningkatkan daya
kosentrasi. Demikian juga dengan sembahyang dan berdoa akan memudahkan jalan
kita dalam menjalani kehidupan.
Apakah Tujuan Sembahyang? Tujuan sembahyang secara umum
dapat dirangkum sebagai berikut:
- Untuk memuliakan dan memuja keagungan Sang Hyang Widhi
- Untuk meningkatkan srada bhakti atau keyakinan kita kepada
Sang Hyang Widhi
- Untuk menyampaikan rasa syukur / terima kasih kita atas
anugerah atau karunia Sang Hyang Widhi
- Untuk memohon pengampunan atas segala dosa papa kita dalam
kehidupan ini.
- Untuk memohon keselamatan
- Untuk memohon kesehatan lahir dan bhatin
- Untuk memohon agar ditunjukkan
jalan yang lurus dan terang dll
B. Sarana Sembahyang
Saranya untuk persembahyangan sehari-hari adalah: dupa, bunga,kwangen, air suci/ tirtha, untuk
dipersembahkan jika memungkinkan dapat menggunakan canang sari atau canang
genten
Fungsi dari masing-masing sarana tersebut adalah sebagai
berikut:
- Dupa, sebagai upasaksi penghantar doa kita menuju-Nya.
- Bunga, melambangkan cinta dan perasaan hati kita yang tulus.
- Air suci/tirtha, melambangkan penyucian lahir dan batin
- Bija, melambangkan benih-benih kebijaksanaan
- Kwangen, melambangkan aksara suci Ongkara sebagai pranawa
Sang hyang Widhi, juga melambangkan keindahan dan kesucian.
- Canang Sari, sebagai simbul dari sthana Sang Hyang Widhi
beserta manifestasi-Nya.
C. Sikap-sikap
Sembahyang
Adapun Sikap-sikap sembahyang adalah sebagai berikut:
1. Sikap Silasana (Sila Asana)
Sikap sembahyang Sila Asana
adalah sikap sembahyang dengan posisi duduk bersila. Posisi badan tegak
dan mata menatap ujung hidung (angranasika) atau umumnya boleh memejamkan mata.
Posisi ini diperuntukkan bagi kaum laki-laki.
Posisi tangan :
a. Berada di hulu hati dengan sikap tangan amustikarana. Posisi ini untuk
melaksanakan Puja Tri Sandya.
b. Berada di kening atau dahi dengan sikap tangan Anjali dan
ujung jari sejajar ubun-ubun . Posisi
ini untuk memuja Sang Hyang Widhi.
c. Berada di depan hidung dengan sikap tangan Anjali dan
ujung jari sejajar dengan kening atau dahi. Posisi ini untuk memuja Para Dewa.
d. Berada di depan dagu dengan sikap tangan Anjali dan ujung
jari sejajar dengan hidung. Posisi ini untuk memuja roh leluhur.
e. Berada di hulu hati dengan sikap tangan Anjali. Posisi
ini untuk mengucapkan Panganjali Umat.
2. Sikap Padmasana
(Padma Asana)
Sikap sembahyang Padmasana dengan silasana sangat mirip
hanya posisi atau lipatan kaki saja yang membedakannya. Sikap sembahyang
Padmasana adalah Sikap sembahyang dengan
posisi duduk seperti bunga teratai. Posisi badan tegak dan mata menatap ujung
hidung (angranasika) atau umumnya boleh memejamkan mata. Posisi ini
diperuntukkan bagi kaum laki-laki.
Posisi tangan :
a. Berada di hulu hati dengan sikap tangan amustikarana. Posisi ini untuk
melaksanakan Puja Tri Sandya.
b. Berada di kening atau dahi dengan sikap tangan Anjali dan
ujung jari sejajar ubun-ubun . Posisi
ini untuk memuja Sang Hyang Widhi.
c. Berada di depan hidung dengan sikap tangan Anjali dan
ujung jari sejajar dengan kening atau dahi. Posisi ini untuk memuja Para Dewa.
d. Berada di depan dagu dengan sikap tangan Anjali dan ujung
jari sejajar dengan hidung. Posisi ini untuk memuja roh leluhur.
e. Berada di hulu hati dengan sikap tangan Anjali. Posisi
ini untuk mengucapkan Panganjali Umat.
3. Sikap Bajrasana
(Bajra Asana)
Sikap sembahyang Bajrasana
adalah sikap sembahyang dengan posisi duduk seperti bajra/genta, mirip
seperti bersimpuh. Posisi badan tegak dan mata menatap ujung hidung
(angranasika) atau umumnya boleh memejamkan mata. Posisi ini diperuntukkan bagi
kaum perempuan.
Posisi tangan :
a. Berada di hulu hati dengan Sikap tangan amustikarana. Posisi ini untuk
melaksanakan Puja Tri Sandya.
b. Berada di kening atau dahi dengan sikap tangan Anjali dan
ujung jari sejajar ubun-ubun . Posisi
ini untuk memuja Sang Hyang Widhi.
c. Berada di depan hidung dengan sikap tangan Anjali dan
ujung jari sejajar dengan kening atau dahi. Posisi ini untuk memuja Para Dewa.
d. Berada di depan dagu dengan sikap tangan Anjali dan ujung
jari sejajar dengan hidung. Posisi ini untuk memuja roh leluhur.
e. Berada di hulu hati dengan sikap tangan Anjali. Posisi
ini untuk mengucapkan Panganjali Umat.
4. Sikap Padasana
(Pada Asana)
Sikap sembahyang Padasana
adalah sikap sembahyang dengan posisi berdiri. Posisi ini digunakan bila
kondisi lingkungan ditempat tersebut tidak memungkinkan untuk duduk , misalnya tempatnya becek atau tergenang air (melukat
di permandian suci). Posisi badan tegak
dan mata menatap ujung hidung (angranasika) atau umumnya boleh memejamkan mata.
Posisi ini diperuntukkan bagi kaum laki-laki maupun perempuan.
Posisi tangan :
a. Berada di hulu hati dengan sikap tangan amustikarana. Posisi ini untuk
melaksanakan Puja Tri Sandya.
b. Berada di kening atau dahi dengan sikap tangan Anjali dan
ujung jari sejajar ubun-ubun . Posisi
ini untuk memuja Sang Hyang Widhi.
c. Berada di depan hidung dengan sikap tangan Anjali dan
ujung jari sejajar dengan kening atau dahi. Posisi ini untuk memuja Para Dewa.
d. Berada di depan dagu dengan sikap tangan Anjali dan ujung
jari sejajar dengan hidung. Posisi ini untuk memuja roh leluhur.
e. Berada di hulu hati dengan sikap tangan Anjali. Posisi
ini untuk mengucapkan Panganjali Umat.
5. Sikap Sawasana (Sawa
Asana)
Sikap sembahyang Sawasana
adalah sikap sembahyang dengan posisi tidur/berbaring menghadap ke atas.
Posisi ini digunakan bila kondisi fisik kita tidak memungkinkan untuk duduk ,
misalnya dalam keadaan sakit. Posisi badan lurus dan mata menatap ujung
hidung (angranasika) atau umumnya boleh memejamkan mata. Posisi ini
diperuntukkan bagi kaum laki-laki ataupun perempuan.
Posisi tangan :
a. Berada di hulu hati dengan sikap tangan amustikarana. Posisi ini untuk
melaksanakan Puja Tri Sandya.
b. Berada di kening atau dahi dengan sikap tangan Anjali dan
ujung jari sejajar ubun-ubun . Posisi
ini untuk memuja Sang Hyang Widhi.
c. Berada di depan hidung dengan sikap tangan Anjali dan
ujung jari sejajar dengan kening atau dahi. Posisi ini untuk memuja Para Dewa.
d. Berada di depan dagu dengan sikap tangan Anjali dan ujung
jari sejajar dengan hidung. Posisi ini untuk memuja roh leluhur.
e. Berada di hulu hati dengan sikap tangan Anjali. Posisi
ini untuk mengucapkan Panganjali Umat.
D. Tahapan atau Urutan
Sembahyang
1. Asana
Asana adalah mengambil sikap sempurna disesuaikan dengan
kondisi fisik atau lingkungan. Bisa menggunakan sikap
Padmasana,Silasana,bajrasana,padasana,ataupun Sawasana.
Ucapkan mantra sesuai sikap duduk,jika sikap Padmasana
ucapkan mantra:
Om Padmasana ya namah
swaha
Dilanjutkan dengan mengucapkan mantra:
Om prasadha sthiti
sarira Siwa suci nirmala ya namah swaha
2. Pranayama
Pranayama adalah sikap mengatur nafas agar sirkulasi
nafas dalam tubuhberjalan baik sehingga
dapat menenangkan pikiran sehingga meningkatkan daya kosentrasi. Cara melakukan
pranayama:
a. Menarik nafas disebut Puraka sambil menarik nafas
lafalkanlah (ucapkan dalam hati) mantra:
Om Ang namah
Bayangkanlah Sang Hyang Widhi sebagai Maha Pencipta yang
penuh anugerah.
b. Menahan nafas disebut Kumbaka sambil menahan nafas
lafalkanlah (ucapkan dalam hati) mantra: Om
Ung namah
Bayangkanlah Sang Hyang Widhi sebagai pemelihara yang penuh
cinta kasih.
c. Mengeluarkan nafas disebut Recaka sambil mengeluarkan
nafas lafalkanlah (ucapkan dalam hati) mantra: Om Mang namah
Bayangkanlah Sang Hyang Widhi sebagai Sang Maha Suci dan
Maha pengampun, mohonlah pengampunan kepada-Nya.
3. Karasudhana
Karasudhana adalah sikap menyucikan tangan dengan
mengucapkan matra.
a. Posisi telapak tangan menengadah ke atas lalu letakkan di
atas tangan kiri, ucapkan mantra: Om sudhamam swaha
b. Posisi telapak tangan kiri menengadah ke atas lalu
letakkan di atas tangan kanan, ucapkan mantra: Om ati sudhamam swaha
4. Amustikarana
Posisi tangan di hulu hati tangan kiri mengepal tangan
kanan, sedangkan kedua ibu jari berdiri saling bersentuhan. Sikap ini digunakan
saat melaksanakan Puja Tri Sandya:
Mantram Puja Tri
Sandya:
Bait I:
Om Om Om
bhûr bhuvah svah
tat savitur warenyam
bhargo devasya dhîmahi
dhiyo yo nah
pracodayât
Bait II:
Om Nârâyana evedam
sarvam
yad bhûtam yacca
bhâvyam,
niskalanko Nirañjano
nirvikalpo
nirâkhyâtah suddho
devo eko
nârâyanah na dvityo
asti kascit.
Bait III:
Om tvam sivas tvam
mahadevah
isvarah paramesvarah
brahma visnus ca
rudras ca
purusah parikirtitah.
Bait IV:
Om Pâpo ‘ham
pâpakarmâham
pâpâtma pâpasambhavah
trâhi mâm pundarîkâksa
sabâhyâbhyanyarah
sucih.
Bait V:
Om Ksamasva mâm
mahâdevah
sarvapâni hitankara
mâm moca sarva
pâpebhyaj
pâlayasva sadâsiva.
Bait VI:
Om Ksântavyah kayiko
dosâh
ksantavyo vâciko mama
ksântavyo mânaso dosâh
tat
pramâdât ksamasva mâm
5. Anjali (mencakupkan kedua telpak tangan)
Bentuk tangan Anjali yaitu dengan mencakupkan rapat-rapat
kedua buah telapak tangan dengan ujung
jari menghadap ke atas. Letakkan di dahi dengan ujung jari sejajar ubun-ubun.
Sikap ini digunakan saat melaksanakan kramaning sembah.
Mantram Kramaning
Sembah:
a. Menyucikan dupa,
mantramnya:
Om ang dupa dipastra
ya namah svâhâ
b. Menyucikan bunga,
mantramnya:
Om puspadanta ya namah
svâhâ
c. Sembah puyung
(tanpa sarana), mantramnya:
Om Âtma tatvâtmâ
suddha mâm svâhâ
d. Sembah Kepada Sang
Hyang Surya Raditya (bunga kuning atau putih),mantramnya:
Om Âdityasya param
jyoti
Rakta teja namostute
Sveta pankaja
mâdhyastha
Bhâskârâya namo
‘stute.
e. Sembah Kepada Ista
Dewata (sarana bunga atau kwangen), mantramnya:
Om Nama deva
adhisthanâya
Sarva vyâpi vai sivâya
Padmâsana
ekaprastisthâya
Ardhanaresvaryai
namo’namah.
f. Sembah Memohon
Panugrahan (sarana bunga atau kwangen)
Om Anugraha manohara
Deva dâttanugrahaka,
Arcanam sarva pûjanam
Namah sarvânugrahaka
Deva devî mahâsiddhi
Yajñanga nirmalâtmaka
Laksmî siddhisca
dirghâyuh
Nirvighna sukha
vrddisca
g. Sembah Kehadapan
Sang Hyang Parama Suksma (cakupan tangan kosong), mantramnya:
Om Deva suksma
paramâcintyâ ya namah svâhâ.
h. Pemercikan Tirtha
Wasuhpada:
1. Pemercikan tiga kali;
Om Ang Brahma amertha
ya namah,
Om Ung Wisnu amertha
ya namah,
Om Mang Iswara amertha
ya namah
E. Doa Sehari-Hari
Untuk Anak-Anak dan Orang Tua
1. Doa Bangun Tidur
Om jagrasca prabhata
kalasca ya namah swaha
Terjemahannya:
Om Hyang Widhi Wasa, hamba telah bangun pagi dalam keadaan
selamat. Semoga hari ini menjadi anugerah bagi hamba.
2. Doa Mandi
Om Gangga amrta sarira
suddhamam swaha
Om sarira parisudhamam
swha
Terjemhannya:
Om Hyang Widhi Wasa, engkau adalah sumber kehidupan abadi
dan kesucian, semoga diri hamba menjadi bersih dan suci.
3. Doa Makan
Om anugraha amrtadi
sanjiwani ya namah swaha
Terjemahannya:
Om Hyang widhi Wasa, anugerahkanlah hamba agar makanan ini
menjadi penghidupan yang suci lahir batin.
4. Doa Memulai
Pekerjaan atau Beraktivitas
Om awighnam astu namo
sidham
Om sidhirastu tad astu
swaha
Terjemahannya:
Om Hyang Widhi Wasa, semogaa atas perkenan-Mu tiada suatu
halangan dalam memulai pekerjaan ini dan semoga berhasil.
5. Doa Menjelang Tidur
Om asato ma sat gamaya
Tamaso ma jyotir
gamaya
Mrityor mamritam
gamaya
Terjemahannya:
Om Hyang Widhi Wasa, tuntunlah kami dari jalan sesat menuju
jalan yang benar. Dari jalan yang gelap menuju jalan yang terang. Hindarkanlah
kami dari kematian menuju kehidupan yang sejati.
6. Doa Memohon
Perlindungan
Om tryam bhakam
yajamahe
Sughandim pusthi
wardhanam
Urwaruk ham iwa
bhandhanat
Mrtyor mukhsya mamrtat
Terjemahannya:
Om Hyang Widhi Wasa, yang Maha Mulia Penyebar Keharuman,
hamba memuja-Mu, hindarkanlah hamba dari keraguan ini. Bebaskanlah hamba dari
belenggu dosa, bagaikan mentimun terlepas dari tangkainya, sehingga hamba dapat
bersatu dengan-Mu.
Sumber buku Pendidikan
Agama Hindu dan Budi Pekerti Untuk SD Kelas.III
Materi Ajar
Pendidikan Agama Hindu SD Kelas III KTSP
I. TRI PURUSHA
Pengertian: Tiga penggambaran Tuhan (Ida Sang Hyang Widhi)
Bagian-bagian Tri
Purusha:
1. Paramasiwa:
Tuhan (Brahman) dalam keadaan kosong,tidak terjangkau oleh
pikiran kita,tampa aktivitas,dan tanpa pribadi.
2. Sadha Siwa:
Tuhan (Brahman) dalam keadaan aktif,sudah beraktivitas dan
berpribadi dan memiliki tugas sebagai pencipta,memelihara dan melebur.
Pada saat mencipta Tuhan berwujud Dewa Brahma.
Pada saat memelihara Tuhan berwujud Dewa Wisnu.
Pada saat melebur Tuhan berwujud Dewa Siwa.
3. Siwa atau Siwatma:
Tuhan (Brahman) dalam keadaan menyatu dengan
ciptaan-Nya,menjadi jiwa dari mahluk hidup. Pada saat ini beliau dipengaruhi
oleh maya(selalu berubah).
II.PEMINPIN
Pengertian: Orang yang dapat menggerakkan dan mengarahkan
orang lain untuk melakukan sesuatu.
Contohnya peminpin dirumah adalah orang tua
(ayah/ibu).Peminpin dikelas adalah kepala kelas. Peminpin Disekolah adalah
kepala sekolah. Peminpin di likungan adalah kepala lingkungan (kelihan
dinas/kepala dusun).Peminpin di kedesaan adalah Kepala Desa.Peminpin di
kecamatan adalah camat.Peminpin di kabupaten adalah Bupati.Peminpin di propinsi
adalah Gubernur.Peminpin negara kita adalah Presiden, dsb.
Sifat-sifat peminpin
yang baik:
1. Jujur
2. Memiliki pengetahuan luas
3. Mau menerima pendapat orang lain
4. Adil
5. Demokratis
6. Tidak pilih kasih
7. Bertanggung jawab
8. memiliki sifat mengayomi
9. berperilaku baik
10. Lemah lembut
11. Bijaksana
III.SARANA
PERSEMBAHYANGAN
Pengertian: sarana persembahyangan artinya alat atau
perlengkapan yang digunakan untuk sembahyang,meliputi:
1.Sarana pokok:
a. Bunga
b. Kwangen
c. Dupa
d. Tirta
e. Bija
2. Sarana penunjang:
Bokor/nare,sangku,dan alas duduk.
a. Bunga:
Bunga melambangkan kesucian. Bunga yang lazim digunakan
sebagai sarana sembahyang diantaranya: kenanga/sandat,bunga kamboja,bunga
mawar,bunga pancar galuh,kamboja/jepun,teratai/tunjung,dll.
syarat bunga yang boleh digunakan sembahyang adalah:
indah,segar(tidak layu),berbau harum,utuh/tidak dimakan ulat,tidak berisi
semut,tidak tumbuh di kuburan,tidak jatuh dengan sendirinya ke tanah.
b. Kwangen:
Kwangen melambangkan
perwujudan Ida Sang Hyang Widhi atau melambangkang Ongkara (pranawa/aksara suci
Ida Sang Hyang Widhi).
c. Dupa:
Melambangkan Dewa
Agni sebagai saksi yang menghantarkan persembahyangan kita ke alam Dewata.
d. Tirta:
Melambangkan pensucian tangan dan mulut juga pikiran.
e. Bija:
Melambangkan benih
ke-Siwa-an.
Mantram penggunaan
bija:
Dahi: Mantramnya : Om
Sriyam Bhawantu
Tenggorokan:
Mantramnya : Om Sukham Bhawantu
Ditelan: Mantramnya: Om Purnam Bhawantu
IV. HARI SUCI
Pengertian: Hari suci adalah hari-hari yang disucikan oleh
Umat Hindu.
Hari suci Agama Hindu banyak jenisnya, ada hari suci
berdasarkan pertemuan Panca Wara dengan Tri wara dan sebagainya. Adapun hari
suci Agama Hindu antara lain:
a. Purnama: dilaksanakan setiap 30 hari sekali.
b. Tilem: dilaksanakan setiap 30 hari sekali
c. Galungan: dilaksanakan setiap 210 hari sekali (enam
bulan),tepatnya pada hari Rabu Kliwon wuku Dungulan.
d. Kuningan: dilaksanakan setiap 210 hari sekali (enam
bulan),tepatnya pada hari Sabtu Kliwon wuku Dungulan.
e. Saraswati: dilaksanakan setiap 210 hari sekali (enam
bulan),tepatnya pada hari sabtu Umanis Watugunung.
f. Pagerwesi: dilaksanakan setiap 210 hari sekali (enam
bulan),tepatnya pada hari Rabu Kliwon Sinta.
g. Siwalatri: dilaksanakan setiap 1 tahun sekali,pada
Purwaning Tilem Sasih Kapitu.
h. Nyepi: dilaksanakan setiap 1 tahun sekali,pada Penanggal
Apisan sasih Kedasa
V. CATUR PARAMITHA
Kata Catur Paramitha terdiri dari 2 kata,"catur"
dan "Paramitha". catur artinya 4 dan Paramitha artinya budi atau
perbuatan yang luhur/mulia.
Jadi catur Paramitha artinya: Empat macam perbuatan yang
luhur untuk mencapai kesempurnaan hidup.
Bagian-bagian Catur
Paramitha:
a. Maitri = suka bersahabat
b. Karuna = suka menolong/belas kasihan
c. Muditha = simpatik/toleran
d. Upeksa = tidak suka mencampuri urusan orang orang lain.
a. Ajaran Maitri
Mengajarkan Kepada Kita Agar Selalu:
- Menunjukan sikap bersahabat
- Suka bergaul
- Menjauhi sikap permusuhan
- Menghindari kebencian
- Tidak dendam
- Tidak membeda-bedakan teman
- Tidak pilih kasih
- Menjungjung sikap kekeluargaan
- Selalu ingin menyenangkan orang lain
b. Ajaran Karuna
Mengharafkan Kita Untuk:
- Sikap welas-asih (belas kasihan)
- Suka membantu/menolong
- Murah hati
- Bisa berbagi dengan orangn lain
- Tidak pelit/kikir
- Suka mengampuni/memaafkan
- Suka berderma/berjiwa social
c. Ajaran Muditha
Mengharafkan Kita Untuk:
- Selalu simpatik kepada orang lain
- Tenggang rasa
- Peduli dengan kesusahan orang lain
- Memperlihatkan suka cita kepada kebahagiaan orang lain
- Selalu menjaga perasaan orang lain
d. Ajaran Upeksa Mengharafkan Kita Untuk:
- Bijaksana dalam melihat suatu permasalahan
- Tidak mencampuri urusan pribadi orang lain
- Tidak suka membicarakan kekurangan/kejelekan orang lain
- Tidak suka membicarakan aib orang lain
- Tidak suka menggosipkan dan memfitnah orang lain
VI. TRI PARARTHA
Tri Parartha terdiri dari 2 kata: Tri dan Parartha. Tri
artinya 3 dan parartha artinya kesejahteraan atau kebahagiaan orang lain.
Jadi yang dimaksud dengan Tri Parartha adalah: Tiga macam
perbuatan untuk mewujudkan kesejahteraan dan kebahagiaan orang lain.
Bagian-bagian Tri
Parartha:
a. Asih :
Asih adalah sifat welas asih,kasih sayang kita kepada orang
lain (mahluk hidup) yang ditanamkan sejak kanak-kanak
b. Punia :
Punia adalah perwujudan cinta kasih itu sendiri yang
diwujudkan dengan perbuatan suka memberi atau suka membantu/suka menolong.
c. Bakti :
Persembahan atau sujud pada Hyang Widhi dan hormat pada
sesama.(pengamalan Asih dan Punia dengan ketulusan dan keiklasan).
a. Ajaran Asih
Mengharafkan Kita Agar:
Menanamkan rasa welas asih dan kasih sayang dalam diri kita
kepada mahluk hidup ciptaan Tuhan dan lingkungan disekitar kita. Sikap asih itu
ditunjukan dengan: tidak semena-mena,memperlakukan orang lain/mahluk
hidup/lingkungan dengan penuh rasa kasih sayang,menghindari
pertengkaran/permusuhan,menjaga,merawat dan melindunginya.
b. Ajaran Punia
Mengharafkan Kita Agar:
Menanamkan rasa kepedulian,tidak membiarkan orang lain
menderita,suka memberikan pertolongan kepada orang lain,mahluk hidup,lingkungan
bisa berbentuk materi/kebendaan dan non
materi/perbuatan. Menolong dalam bentuk non materi misalnya: menolong anak
kucing tercebur diselokan,menyiram tanaman yang kekeringan,menolong orang tua
atau orang buta menyebrang jalan dan sebagainya. Menolong dalam bentuk materi
kebendaan misalnya: memberikan sumbangan pmakanan,minuman dan pakaian kepada
korban bencana alam dan sebagainya
Punia (pemberian) Dibedakan Menjadi 4 jenis:
a. Pemberian dana berupa makanan disebut: Kanista Dana.
b. Pemberian dana berupa pakaian disebut Madyama Dana.
c. Pemberian dana berupa pelayanan/istri disebut: Utama
Dana.
d. Pemberian berupa ilmu pengetahuan disebut: Atyanta Dana
atau Utamaning Dana.
c. Ajaran Bakti
Mengharafkan Kita Agar:
A. Menanamkan rasa Baktikepada Tuhan sebagai wujud rasa
terima kasih atas segala karunia-Nya,dengan:
- Sembahyang Tri Sandhya tiga kali sehari.
- Melakukan pemujaan pada hari-hari suci.
- Memelihara kebersihan dan kesucian tempat suci.
- Mengamalkan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari.
B. Bhakti Kepada Guru Diwujudkan Dengan:
- Menghormati guru,dan mentaati nasehat guru.
- Mentaati peraturan sekolah.
- Belajar dengan tekun dan bersungguh-sungguh dll.
C. Bhakti Kepada
Orang Tua Diwujudkan Dengan:
- Menghormati dan mematuhi nasehat orang tua.
- Membantu pekerjaan orang tua/meringankan beban orang tua.
- Tidak mempermalukan orang tua.
- Menyenangkan orang tua dengan prestasi dll.
D. Bhakti Pada
Pemerintah/Guru Wisesa Dilakukan Dengan:
- Mentaati peraturan dan undang-undang yang berlaku.
- Ikut mengabdikan diri kepada bangsa dan negara.
- Ikut menjaga keamanan dan ketentraman bangsa.
- Menjaga persatuan dan keutuhan bangsa dan negara dll.
VII. TRI MANDALA
Tri artinya 3 (tiga) dan mandala berarti wilayah. Yang
dimaksud dengan Tri Mandala adalah: tiga wilayah yang terdapat dalam tempat
suci.
Bagian-bagian Tri
Mandala:
A. Nista Mandala/Kanista Mandala : halaman paling luar (jaba
sisi).
B. Madya Mandala : halaman dalam (jaba tengah).
C. Utama Mandala : halaman utama (jeroan)
Jenis-jenis Bangunan
Pada Tiap-tiap Mandala:
a. Pada Nista Mandala
ini biasanya tidak terdapat bangunan. Karena merupakan jalan
umum,tapi kadang-kadang terdapat tempat parkir dan wc umum.
b. Pada Madya
Mandala:
- Bale kulkul (tempat kentongan).
- Wantilan adalah
bangunan terbuka tempat umat untuk beristirahat.
- Bale gong,tempat
perangkat gambelan ditabuh saat upacara.
- Pelinggih apit
lawang.
- Pwaregan adalah dapur
umum yang digunakan saat berlangsungnya upacara.
c.Pada Utama Mandala:
- Padmasana atau Sanggar Agung adalah Stana Ida Sang Hyang
Widhi.
- Gedong adalah
bangunan pelinggih yang meiliki ruang atau rong.Pesimpangan Bhatari Dewi Danuh.
- Pelinggih kidang
seluang pesimpangan Mpu Kuturan.
- Pelinggih Bhatara
Angrurah.
- Gedong Tri Sakti
adalah Stananya Bhatara Tri sakti ( Brahma,Wisnu,Siwa).
- Bale piasan adalah
bangunan menggunakan tiang 6 atau 8 yang digunakan sebagai tempat ngiasin Ida
Bhatara dan tempat Ida padanda mapuja.
- Bale pepelik atau
pengaruman.
VIII. ORANG SUCI
Orang Suci adalah orang yang disucikan oleh umatnya dan
mempunyai kesucian hati dan pikiran untuk dapat menghubungkan diri dengan Ida
Sang Hyang Widhi.
Jenis-jenis Orang
Suci:
1. Resi :
Orang suci yang karena kesucian pikirannya dapat menerima
wahyu Ida Sang Hyang Widhi.
2. Sulinggih :
Orang yang mempunyai wewenang untuk muput upacara. Sulinggih
adalah orang suci yang disucikan melalui proses sakral yang disebut
Dwijati atau Madiksa.
3. Pemangku atau
Pinandita :
Orang yang mempunyai wewenang untuk muput upacara dalam
skala kecil.Pemangku adalah orang yang disucikan melalui proses Ekajati/mawinten.
Tugas Orang Suci
Resi:
- Menyiarkan Weda kepada umat manusia
- Menuntun umat manusia sesuai ajaran Weda
Sulinggih:
- Melakukan pemujaan dalam menyelesaikan Yadnya
- Melakukan upacara Nyurya Sewana
- Ngeloka Phala Sraya,dsb.
Pemangku:
- Meminpin upacara dalam tingkatan tertentu seperti: caru
Panca sata,Mendem Sawa,otonan dsb.
- Membantu sulinggih dalam menyelesaikan upacara Yadnya
tertentu.
- Meminpin upacara di Pura tempatnya bertugas.
- Melakukan penyucian diri terus menerus melalui sembahyang
dan selalu meningkatkan pengetahuan.
Larangan Bagi Orang
Suci:
- Tidak boleh berjudi.
- Tidak boleh bertengkar atau berkelahi.
- Tidak boleh melakukan perbuatan dosa.
- Tidak boleh bergaul dengan orang jahat.
- Tidak boleh berzina.
- Tidak boleh ingkar janji.
- Tidak boleh berpolitik praktis.
- Tidak boleh berdagang.
- Tidak boleh menyetir.
- tidak boleh tersangkut pidana.
Pantangan Makan dan
Minum:
- Tidak boleh minum minuman berakohol: tuak,arak,berem dan
minuman keras lainnya.
- Tidak boleh makan daging sapi.
- Tidak boleh makan daging babi.
- Tidak boleh makan daging anjing.
- Tidak boleh makan daging kuda.
- Tidak boleh makan atau minuman yang berasal dari:
mencuri,menipu,korupsi
Sumber Buku Semara
Ratih Kls.III dan sumber lainnya.
Komentar
Posting Komentar