Ulap-Ulap Rarajahan Sruti Aksra Suci

  https://helaibuku.blogspot.com/ Om Swastystu Umat sedharma yang berbahagia. Pada kesempatan ini helaibuku petikkan beberapa contoh Ulap-ulap atau Rarajahan Sruti Aksara suci sebagai berikut: Dipetik dari buku Ulap-Ulap Sruti Aksara Suci karipta olih Jro Mangku Pulasari. Agar lebih jelasnya sahabat helaibuku bisa membeli bukunya untuk melengkapi koleksi perpustakaannya. Agar lebih mudah mengenali,sampul bukunya seperti di bawah ini:

Banten Kasanga Dalam Perayaan Taur Agung Kasanga di Masing-masing Keluarga

helaibuku.blogspot.com/ Kasanga adalah sasih yang kesembilan dalam perhitungan Kalender Saka Bali. Pada sasih ini ada Hari Raya Suci Umat Hindu Indonesia yaitu Hari suci Nyepi. Ada beberapa rangkaian upacara sebelum Nyepi salah satunya  adalah Tawur Agung Kasanga.  Kali ini Helai Buku akan petikkan untuk sahabat Helai Buku tentang Banten Kasanga Dalam Perayaan Taur Agung Kasanga di Masing-masing Keluarga atau dalam lingkup keluarga. Bantennya adalah sebagai berikut:

Pada Palinggih Rong Tiga 

Menghaturkan banten  Pejatian.

Di halaman natar Merajan /Sanggah  

Menghaturkan Segehan Manca Warna. (nasiberumbun) 9 (sembilan) tanding, maulam(berdaging), olahan ayam brumbun, bawang jahe, uyah (garam) , tatabuhan (minuman keras), disertai canang genten sembilan tanding, banten tersebut dihaturkan kepaada Sang Bhuta Raja dan Sang Kala Raja.

Di halaman rumah :

Pada Palinggih Panunggun Karang (Tepas) 

Menghaturkan banten Tipat Kelanan.

Di Natar Pakarangan 

Menghaturkan Segehan Manca Warna.

Di halaman luar/jaba/lebuh 

Mendirikan Sanggah Cucuk disebelah kanan pintu keluar,dihaturkan Daksina Ayunan Putih Kuning(banten tumpeng alit adananan, ajuman penyeneng, canang burat wangi),Sujang agancet (satu ikat) berisi tuak dan arak. Banten tersebut katur  (diperuntukkan) kepada Sang Bhuta Kala dan untuk Sang Kala Kubala.

Di bawah Sanggah Cucuk dihaturkan Segehan Agung disertai Ajengan Cacahan 108 tanding

Kaaturang dawuh sande kala (dihaturkan  pada waktu senja hari).

Sesudah selesai ngaturang caru (menghaturkan caru), di masing-masing banjar,lalu melaksanakan pengerupukan tujuan dan maknanya adalah  ngewaliang (mengembalikan) juga nyomiang  (menetralisir) para Bhuta dari pakarangan rumah dan bilik-bilik kamar yang ada agar para Bhuta tersebut kembali ke tempat atau ke dunianya masing-masing.

Sarana Pangerupukannya:

Obor dan masuwi (semacam rempah), gambelan, (kepuakan-kulkul).

Cara pelaksanaannya : Seluruh halaman rumah, di balik-bilik dan dilong-longan (kolong tempat tidur) sebagainya di obor-obor atau diasapi dengan obor atau api dari daun kelapa kering. Selesai diobor-obor, lalu simbuh (sembur) menggunakan masuwi yang di kunyah di mulut.

Setelah itu kemudian semua anggota keluarga mabiya kala, di arepan umah (hadapan rumah) , serta dilanjutkan dengan mohon tirta penganten bayu di Sanggah Kamulan, menggunakan sarana bebantenan :  canang sari, daksina, ajuman, serta saruntutannya, berdasarkan kepercayaan (tujuan yang positif atau lurus).

Selain itu di setiap perempatan jalan raya yang ada di wilayah desa dan banjar sama seperti di atas, menggunakan caru panca sate, diimbuhi dengan segehan agung, boleh juga menggunakan caru yang lebih besar berdasarkan kondisi dan kemampuan.

Pecaruan di perempatan jalan raya di masing-masing banjar atau desa, umumnya dilaksanakan terlebih dahulu sebelum pecaruan yang dilaksanakan di masing-masing rumah.  Karena pecaruan yang dilaksanakan di masing-masing rumah atau keluarga mesti menggunakan tirta dari tirta yang digunakan dari pacaruan di masing-masing  banjar atau desa.

Selain itu juga sarana pacaruan yakni ulam olahan ayam berumbun yang akan digunakan di masing-masing rumah juga berasal dari  banjar  bersangkutan, serta bila sudah ada arahan dari banjar (pengurus banjar) hasil dari pararem banjar bersangkutan.  

Dipetik dari Buku Wikarman Singgih Inyoman,Sanggah Kamulan Fungsi dan pengertiannya

Komentar