helaibuku.blogspot.com/ Sahabat Helai Buku, Segehan termasuk ke
dalam upakara tingkatan nista atau kecil sebab ada lagi upakara yang lebih besar
untuk upacara Bhuta Yadnya yaitu Caru. Caru juga banyak macam dan tingkatannya.
Khusus segehan, walaupun pada hakekatnya segehan itu sama yaitu untuk suguhan
bagi para Bhuta Kala,namun sebenarnya
segehan itu ada bermacaam-macam jenisnya. Tentu saja dalam pembuatannyapun
ada sedikit perbedaan antara jenis
segehan yang satu dengan yang lainnya. Kali ini Helai Buku petikan untuk sahabat setia tentang Segehan Berdasarkan
Jenisnya Cara Membuatnya dan Fungsinya.ditambah Banten Pacaruan Lainnya
Sebelumnya kita fahami terlebih dahulu tempat-tempat segehan
itu disuguhkan.Dalam keadaan biasa segehan itu disuguhkan di tiga tempat yang
berbeda yakni :
- a.Di halaman Sanggah Kamulan
atau halaman Merajan, ditujukan kehadapan Durga Bucari
- b.Di halamanatau pekarangan rumah, ditujukan kehadapan Sang Kala – Bucari
- c. Di lebuh atau Pamedal rumah (di depan gerbang rumah) ditujukan kehadapan
Sang Bhuta – Bucari
Tiga tempat menghaturkan segehan di atas, adalah dalam arti
yang umum karena masih banyak tempat yang lain misalnya di bawah tempat tidur,
di lantai dapur dan sebagainya.
Jenis-jenis Segehan Dan
Cara Membuatnya
1. Segehan Kepel
Tatakan atau alasnya menggunakan sebuah taledan (tangkih, atau
daun pisang). Di atasnya diletakkan dua buah nasi kepel, nasi putih, ikan neja
bawang jahe dan garam, di atasnya dilengkapi dengan sebuah canang genten
(canang biasa, demikian pula dengan fungsinya disesuai kan dengan tempat dimana
akaan disuguhkan.
2. Segehan Cacahan
Alasnya menggunakan sebuah taledan atau tangkih atau boleh
juga daun pisang, di atasnya diisi 5 sampai 6 buah tangkih, kelima tangkih
tersebut diisi nasi putih, sedangkan yang satu lagi diisi bija ratus.
Fungsi Segehan Kepel
dan Segehan Cacahan:
Kedua jenis, segehan tersebut di atas fungsinya atau gunanya
adalah untuk melaksanakannya, (buta yadnya)
yang kecil atau sederhana, seperti waktu hari Kajeng Alit, (pauman-Tilem atau Rainan Alit (pauman
ngembulan) di Sanggah maupun di Pura-Pura.
3. Segehan Agung
Sebagai alasnya digunakan sebuah aledan atau boleh juga menggunakan tempat yang lebih besar misalnya
ngiyu (ngiru)/tempeh, di atasnya
masing-masing diisi nasi, lauk pauk dengan bawah jahe dan garam, kemudian
dilengkapi dengan sebuah daksina, atau alat perlengkapan daksina itu, ditaruh
begitu saja pada tempat tersebut, tidak
dialasi dengan bakul, dan kelapanya jangan kulitnya dikupas dan potong pantatnya
agak rata supaya bisa tegak.
Segehan ini dilengkapi dengan sebuah canang payasan, dan
11/33 buah canang genten dan ditambah dengan jinah sandang (pissiuan).
Sedangkan untuk menghaturkan, segehan ini disertai dengan
pemotongan ayam kecil/itik, babi sebelum dikebiri, (kucit butuan) yang masih hidup.
Penggunaan penyambleh itu, disesuaikan dengan kepentingan
tujuan yadnya nista, madya dan utama.
Waktu penngaturkan (menganteban) segala perlengkapan yang
ada pada daksina itu dikeluarkan, sedangkan telur dan kelapanya dipecahkan,
diikuti dengan pemotongan atau penyembelihan dan akhirnya tetabuhan.
Catatan Helai Buku: ternyata persi Segehan Agung nganutin
Desa Kala Patra. Kalau di daerah admin Helai Buku Segehan Agungnya berisi jeroan
mentah dan olahan lawar merah lawar putihnya. Jadi disesuaikan saja dengan
daerah masing-masing yah sahabat Helai!
Fungsi Segehan Agung
Segehan ini dipergunakan dalam upacara-upacara agak besar
dan kadang-kadang mempunyai sifat khusus, seperti piodalan di pura-pura, menurunkan
atau memendak Ida Bhatara, atau pengukuran
tempat (nyikut tongos) suatu bangunan
lebih-lebih bangunan suci, dan selalu menyertai upakara Bhuta Yadnya yang lebih
besar.
Di bawah ini adalah
salah satu Mantra Puja Pengantar Untuk Segehan Agung
Puja/mantra : Ong
sang hyang Purusangkara, anugraha ring sang kala sakti, Sang Hyang Rudra
Anugraha Ring Sang Kala Wisesa, Sang Hyang Durga Dewi, Anugraha Ring Sang Kala
Dengen, ameng-ameng padanira paduka betara sakti, anunggu ring bumi, ring pura
parahyangan, natar paumahan, di dalem pesuguhan wates setra pebanyangan,
saluwiring lemah angker, manusa aweh tadah saji, ring pada watek kala buta
kabeh, iki tadah sajinira sege iwak sambleh, asing kirang luput niata sadulur
pipis sabundel, patukuanasira ring pasar agung, pilih kabelanira, ajakan sang
kalanira kabeh, nya kita saking kene, apan sira sampun sinaksenan wehana
manusanira urip waras, dirga yusa,
Om Kala Bhoktraya namah,
Bhutaya namah, Pisaca boktraya namah, Durga buktiniya namah.
Japa waktu menuangkan
tetabuh (tuak,arak,berem), mantra :
Om,
ebek segara, ebek danu, ebek banyu pramana hing ngulun. OM budaya namah suaha.
Banten Pacaruan dan
Upakara Lainnya
Selain caru ada
banten pacaruan dan upakara lainnya seperti:
1. Banten Gelar Sanga
Mantra :
Om indah ta kita sang buta Dengen, iringan ingon-ingon
paduka betara-betari, sang buta barahma turun, sang buta putih, sang buta
Jangitan sang buta Langkir aranira sang buta kuning sang buta Lembukania
aranira sang bute ireng, sang buta Taruna aranira sang buta amancawarna Anga
sakti aranira.
Sang angilakan buta dengen, ite tadah buktinira seg sewakul,
iwak karangan, lan balung gegending, sinusunan antiganing sawung anyar, sejeng
saguci, den amukti sari, sira aweng-aweng, menawita wenten kirang punika
pamuput ania, jinah satak seket lima likur, lawe satukel, sampun tanana serdah
sira ring aderuwe karya.
Om kesama suamam papbyoh
menadi yang nama suaha.
2. Nanding Banten
Biya Kaonan
Alas yang dipakai untuk banten ini sebuah ayokan (sidi dari
bambu) kemudian diatasnya diisi jejaitan kulit sesayut, kulit peras, dari pandan
yang berduri dan selanjutnya, berturut-turut diisi nasi yang dibungkus dengan
daun pisang, ada yang bebentuk ada yag segi tiga, penek among, penek
disekitarnya diisi lauk pauk, jaja raka-raka sampian naga sari dari daun
andong, canang genten, dan penek yang disisipi bawang jae dan nasi terasi
mentah (sere bengu).
3. Pebersihan/pengeresikan
Sebuah ceper yang berisi, sisig, kekosok, (dari tepung
beras) tepung tawar (dari daun dadap) kunir (kunyir) dan beras, minyak dan
bija, sesari dan sampian payasan.
4. Isuh-isuh
Sebuah ceper, yang berisi sebutir telur ayam yang mentah
(kadang diganti dengan bawang yang dikupasa sampai alus, sapu lidi, serabut yang dijepit (sebet) ngad, base tulak
(porosan), yang ujung sirihnya berlawanan) dan sebuah tangkih yang berisi daun
tulak, kayu sirih, kamuugan, padang lepas, dan alang-alang dan daun dapdap.
5. Amel-amel
Sebuah limas (tangkih) diisi daun dadap (ujung dadap) padang
lepasm lalu ketiga itu diikat dengan benang teri datu, kemudian dilegkapi
dengan sebuah mingmang.
6. Sasak mentah
Sebuah limas/tangkih yang berisi tiga kepel nasi yang
disiremi dengan darah mentah, dilengkapi
dengan base rajang.
7. Saroan Alit
Terdiri dari sebuah peras, tulung dan sesayut.
Padma : sejenis, jejaitan dari janur, untuk mecepratkan
tirtha (ngetisan toya).
8. Sebuah Lis :
Pabiyakalaan :
Lis besar ini terdiri dari beberapa buah jejaitan atau
anyaman dari janur (busung). Seperti tangga menek tangga tuwun, dan sesapi
lawat buah lawat nyuh, lili linting, tulung ancak bingin, alang-alang, tipat
pusuh, tipat tulud, basang wayah, basang nguda, daun pisang, buah pinang,
sembah siku, entud, kuku kukun kambing, dinding, payung, tampak, tipat lelesan,
tipat lepas, dan semua dijadikan satu digabungkus atau diikat dengan sejenis
jejaitan , yang disebut takep jit, lalu diikat sedemikian rupa hingga terbentuk
seperti base tempel. Lantas digantungi sebuah tipat kukur dan dua kepeng wang bolong.
Pada saat upacara lis dipotong, dengan kanan kiri dan
ikatanya dibuka. Bila dalam upacara yang biasa-biasa dapat dipergunakan lis
yang kecil (lis alit) bebun tadi.
Dipetik dari Buku Wikarman Singgih Inyoman,Sanggah Kamulan Fungsi
dan pengertiannya
Komentar
Posting Komentar