Ulap-Ulap Rarajahan Sruti Aksra Suci

  https://helaibuku.blogspot.com/ Om Swastystu Umat sedharma yang berbahagia. Pada kesempatan ini helaibuku petikkan beberapa contoh Ulap-ulap atau Rarajahan Sruti Aksara suci sebagai berikut: Dipetik dari buku Ulap-Ulap Sruti Aksara Suci karipta olih Jro Mangku Pulasari. Agar lebih jelasnya sahabat helaibuku bisa membeli bukunya untuk melengkapi koleksi perpustakaannya. Agar lebih mudah mengenali,sampul bukunya seperti di bawah ini:

Sejarah Berdirinya Pura Besakih

helaibuku.blogspot.com/ Pura Besakih terletak di Kecamatan Rendang,Kabupaten Karangasem Propensi Bali. Berdiri di kaki Gunung Agung. Pura Besakih  adalah pura terbesar di Bali.Wisatawan asing sering menyebutnya dengan  sebutan the mother  temple of Bali. Pura Besakih adalah komplek pura,dimana Pura Penataran Agung merupakan pusat dari  pura-pura yang ada di dalam area pura Besakih tersebut. Berikut Helai Buku petikkan tentang Sejarah Berdirinya Pura Besakih,berikut petikkannya.

Besakih asal katanya dari kata Basuki yang artinya selamat,kemudian lazim disebut Basakih atau Besakih.

Pura Besakih asal mulanya didirikan oleh Rsi Markandya . Rsi Markandya adalah seorang Yogi dari India yang tinggal di Jawa Timur tepatnya di Gunung Rawung.  Karena ketinggian ilmu bhatinnya ,kesucian rohaninya,serta kecakapan dan kebijaksanaan beliau maka oleh rakyat,beliau diberi julukan Bhatara Giri Rawang.

Beliau juga  seorang pertapa. Mulanya beliau bertapa di Gunung Demulung,sekian waktu kemudian beliau bertapa ke Gunung  Hyang (Dieng di Jawa Tengah).  Sekian waktu  lamanya bertapa,akhirnya beliau mendapat Pawisik  wahyu dari Tuhan agar merabas hutan  di Pulau Dawa ( Bali ) untuk kemudian dibagi-bagikan kepada para pengikutnya.

Demikianlah kemudian beliau berangkat ke tanah Bali disertai pengikutnya yang pertama yang berjumlah 8000 orang dengan perlengkapan dan peralatan yang diperlukan. Sesampainya ditempat yang dituju,beliau memerintahkan pengikutnya agar mulai merambas hutan. Tempat itu merupakan hutan belantara yang ditumbuhi kayu yang lebat  dan semak belukar . Pada saat itu Pulau  Bali belum terpisah seperti sekarang dengan Pulau Jawa.  Artinya Selat  Bali ( Segara Rupek ) belum ada pada saat  kedatangan Rsi Markandya ke Bali.

Sekian lama merambas hutan,karena pada saat mulai merambas hutan itu tidak didahului  dengan upacara (yadnya ) maka murkalah Sang Hyang Widhi. Para pengikut Rsi Markandya banyak yang sakit dan meninggal,juga tidak sedikit yang dimakan binatang buas. Sang Rsi sangat berduka. Kemudian beliau memerintahkan pengikutnya untuk  menghentikan perambasan.  Dengan hati yang sedih beliau kemudian mengajak pengikutnya untuk kembali ke Jawa. Beliau kembali ketempat pertapaannya semula untuk mohon petunjuk  kepada sang Hyang Widhi.

Setelah beberapa lamanya beliau berada dipertapaannya, timbul cita-citanya kembali untuk melanjutkan merambas hutan tersebut.  Pada suatu hari yang baik,beliau kembali berangkat ke tanah Bali. Kali ini beliau mengajak pengikutnya yang kedua berjumblah 4000 orang yang berasal dari desa Aga yaitu penduduk yang mendiami lereng  Gunung Rawung . Turut dalam rombongan itu para Pandita atau para Rsi. Para pengikutnya membawa perlengkapan beserta alat-alat pertanian dan bibit tanaman untuk ditanam di tempat yang baru.

Sesampainya ditempat yang dituju,Rsi Markandya  beserta para Pandita atau para Rsi melakukan yoga samadhi ,weda samadhi,melakukan upacara Dewa Yadnya dan Bhuta Yadnya serta Pratiwi Stawa disertai doa penolak seluruh hama. Selesai melakukan upacara lalu beliau memerintahkan pengikutnya mulai merambas hutan,menebangi kayu-kayu mulai dari sebelah selatan menuju ke utara.

Ketika dirasa sudah cukup luas,kemudian Rsi Markandya  memerintahkan pengikutnya menghentikan perambasan. Kemudian tanah itu dibagi-bagikan kepada pengikutnya untuk dipergunakan sebagai: sawah,tegalan dan pekarangan rumah.

Demikianlah  pengikut Rsi Markandya yang  berasal dari Desa Aga ( penduduk lereng Gunung Rawung Jawa Timur ) menetap di tempat itu sampai sekarang. Ditempat bekas dimulainya perambasan hutan itu oleh Sang Rsi/Yogi Markandya menanam kendi (caratan) berisi air disertai 5 jenis logam yaitu: emas,perak,tembaga,perunggu dan besi yang disebut Panca Datu dan permata Mirahadi ( mirah yang utama ) dengan sitertai sarana upakara selengkapnya dan diperciki Tirta Pangentas ( air suci ).  Tempat menanam 5 jenis logam itu diberinama Basuki  yang artinya selamat. Kenapa disebut demikian,karena pada kedatangan Rsi Markandya yang ke dua beserta 4000 pengikutnya selamat tidak menemui hambatan atau bencana seperti yang dialami pada saat kedatangan beliau yang pertama. Ditempat itu kemudian didirikan palinggih. Lambat laun di tempat itu kemudian didirikan pura atau khayangan yang diberi nama Pura Basukian. Pura inilah cikal-bakal berdirinya pura –pura yang  lain di komplek Pura Besakih. Ada pendapat yang mengatakan bahwa pembangunan pura ditempat itu dimulai sejak Isaka 85 atau tahun 163 Masehi. Pembangunan komplek pura di Pura Besakih sifatnya bertahap dan berkelanjutan disertai usaha pemugaran dan perbaikan yang dilakukan secara terus menerus dari masa kemasa

Bangunan pura yang ada di area atau sekitar  Pura Besakih dapat digolongkan lagi menjadi:

A. Pura Panyungsungan jagat atau Kahyangan Jagat berjumlah 20 buah dengan berbagai bentuk,fungsi dan setatusnya. Sudah termasuk Pura Penataran Agung.

B. Pura Kawitan atau Padharman berjumlah kurang lebih 17 buah.

C. Pura Dadya berjumlah 9 buah yang merupakan pura atau penyungsungan dari warga (kelompok  keturunan ) yang ada di Desa Besakih.


Dari buku Pura Kawitan/Padharman dan Panyungsungan Jagat,oleh Ktut Soebandi

Komentar