helaibuku.blogspot.com/ Pura Besakih terletak di Kecamatan
Rendang,Kabupaten Karangasem Propensi Bali. Berdiri di kaki Gunung Agung. Pura
Besakih adalah pura terbesar di
Bali.Wisatawan asing sering menyebutnya dengan
sebutan the mother temple of
Bali. Pura Besakih adalah komplek pura,dimana Pura Penataran Agung merupakan
pusat dari pura-pura yang ada di dalam
area pura Besakih tersebut. Berikut Helai Buku petikkan tentang Sejarah Berdirinya Pura Besakih,berikut petikkannya.
Besakih asal katanya dari kata
Basuki yang artinya selamat,kemudian lazim disebut Basakih atau Besakih.
Pura Besakih asal mulanya
didirikan oleh Rsi Markandya . Rsi Markandya adalah seorang Yogi dari India
yang tinggal di Jawa Timur tepatnya di Gunung Rawung. Karena ketinggian ilmu bhatinnya ,kesucian
rohaninya,serta kecakapan dan kebijaksanaan beliau maka oleh rakyat,beliau
diberi julukan Bhatara Giri Rawang.
Beliau juga seorang pertapa. Mulanya beliau bertapa di
Gunung Demulung,sekian waktu kemudian beliau bertapa ke Gunung Hyang (Dieng di Jawa Tengah). Sekian waktu
lamanya bertapa,akhirnya beliau mendapat Pawisik wahyu dari Tuhan
agar merabas hutan di Pulau Dawa ( Bali
) untuk kemudian dibagi-bagikan kepada para pengikutnya.
Demikianlah kemudian beliau
berangkat ke tanah Bali disertai pengikutnya yang pertama yang berjumlah 8000
orang dengan perlengkapan dan peralatan yang diperlukan. Sesampainya ditempat
yang dituju,beliau memerintahkan pengikutnya agar mulai merambas hutan. Tempat
itu merupakan hutan belantara yang ditumbuhi kayu yang lebat dan semak belukar . Pada saat itu Pulau Bali belum terpisah seperti sekarang dengan
Pulau Jawa. Artinya Selat Bali ( Segara Rupek ) belum ada pada
saat kedatangan Rsi Markandya ke Bali.
Sekian lama merambas hutan,karena
pada saat mulai merambas hutan itu tidak didahului dengan upacara (yadnya ) maka murkalah Sang
Hyang Widhi. Para pengikut Rsi Markandya banyak yang sakit dan meninggal,juga
tidak sedikit yang dimakan binatang buas. Sang Rsi sangat berduka. Kemudian
beliau memerintahkan pengikutnya untuk
menghentikan perambasan. Dengan
hati yang sedih beliau kemudian mengajak pengikutnya untuk kembali ke Jawa.
Beliau kembali ketempat pertapaannya semula untuk mohon petunjuk kepada sang Hyang Widhi.
Setelah beberapa lamanya beliau
berada dipertapaannya, timbul cita-citanya kembali untuk melanjutkan merambas
hutan tersebut. Pada suatu hari yang
baik,beliau kembali berangkat ke tanah Bali. Kali ini beliau mengajak
pengikutnya yang kedua berjumblah 4000 orang yang berasal dari desa Aga yaitu
penduduk yang mendiami lereng Gunung
Rawung . Turut dalam rombongan itu para Pandita atau para Rsi. Para pengikutnya
membawa perlengkapan beserta alat-alat pertanian dan bibit tanaman untuk
ditanam di tempat yang baru.
Sesampainya ditempat yang
dituju,Rsi Markandya beserta para
Pandita atau para Rsi melakukan yoga samadhi ,weda samadhi,melakukan upacara
Dewa Yadnya dan Bhuta Yadnya serta Pratiwi Stawa disertai doa penolak seluruh
hama. Selesai melakukan upacara lalu beliau memerintahkan pengikutnya mulai
merambas hutan,menebangi kayu-kayu mulai dari sebelah selatan menuju ke utara.
Ketika dirasa sudah cukup
luas,kemudian Rsi Markandya
memerintahkan pengikutnya menghentikan perambasan. Kemudian tanah itu
dibagi-bagikan kepada pengikutnya untuk dipergunakan sebagai: sawah,tegalan dan
pekarangan rumah.
Demikianlah pengikut Rsi Markandya yang berasal dari Desa Aga ( penduduk lereng
Gunung Rawung Jawa Timur ) menetap di tempat itu sampai sekarang. Ditempat
bekas dimulainya perambasan hutan itu oleh Sang Rsi/Yogi Markandya menanam
kendi (caratan) berisi air disertai 5 jenis logam yaitu: emas,perak,tembaga,perunggu
dan besi yang disebut Panca Datu dan
permata Mirahadi ( mirah yang utama ) dengan sitertai sarana upakara
selengkapnya dan diperciki Tirta Pangentas ( air suci ). Tempat menanam 5 jenis logam itu diberinama Basuki yang artinya selamat. Kenapa disebut
demikian,karena pada kedatangan Rsi Markandya yang ke dua beserta 4000
pengikutnya selamat tidak menemui hambatan atau bencana seperti yang dialami
pada saat kedatangan beliau yang pertama. Ditempat itu kemudian didirikan
palinggih. Lambat laun di tempat itu kemudian didirikan pura atau khayangan
yang diberi nama Pura Basukian. Pura inilah cikal-bakal berdirinya pura –pura
yang lain di komplek Pura Besakih. Ada
pendapat yang mengatakan bahwa pembangunan pura ditempat itu dimulai sejak
Isaka 85 atau tahun 163 Masehi. Pembangunan komplek pura di Pura Besakih
sifatnya bertahap dan berkelanjutan disertai usaha pemugaran dan perbaikan yang
dilakukan secara terus menerus dari masa kemasa
Bangunan pura yang ada di area
atau sekitar Pura Besakih dapat digolongkan
lagi menjadi:
A. Pura Panyungsungan jagat atau
Kahyangan Jagat berjumlah 20 buah dengan berbagai bentuk,fungsi dan setatusnya.
Sudah termasuk Pura Penataran Agung.
B. Pura Kawitan atau Padharman
berjumlah kurang lebih 17 buah.
C. Pura Dadya berjumlah 9 buah
yang merupakan pura atau penyungsungan dari warga (kelompok keturunan ) yang ada di Desa Besakih.
Dari buku Pura Kawitan/Padharman
dan Panyungsungan Jagat,oleh Ktut Soebandi
Komentar
Posting Komentar