Ulap-Ulap Rarajahan Sruti Aksra Suci

  https://helaibuku.blogspot.com/ Om Swastystu Umat sedharma yang berbahagia. Pada kesempatan ini helaibuku petikkan beberapa contoh Ulap-ulap atau Rarajahan Sruti Aksara suci sebagai berikut: Dipetik dari buku Ulap-Ulap Sruti Aksara Suci karipta olih Jro Mangku Pulasari. Agar lebih jelasnya sahabat helaibuku bisa membeli bukunya untuk melengkapi koleksi perpustakaannya. Agar lebih mudah mengenali,sampul bukunya seperti di bawah ini:

Upakara atau Bebantenan Untuk Hari Suci Saraswati Lengkap Dengan Mantranya

helaibuku.blogspot.com/ Hari Suci Saraswati diperingati sebagai hari turunnya ilmu pengetahuan ke Bumi. Hari Saraswati merupakan Piodalan Sang Hyang Aji Saraswati sebagai Dewanya ilmu pengetahuan.  Hari suci ini datangnya setiap 6 bulan sekali atau setiap 210 hari sekali,tepatnya setiap hari Sabtu Umanis Wuku Watugunung ( dina Sanicara, Umanis Wuku Watugunung). Pada hari suci ini, semua buku-buku dan kitab-kitab suci dibersihkan kemudian ditempatkan pada suatu tempat khusus karena akan disuguhi banten.  Pada kesempatan kali ini Helai Buku akan petikkan mengenai Upakara atau Bebantenan Untuk Hari Suci Saraswati Lengkap dengan Mantranya .

Tingkatan upakara yang digunakan  yaitu: tingkatan nista, tingkatan madiya dan tingkatan utama yang disesuaikan dengan kemampuan. Tetandingan  masing-masing tingkatan tersebut adalah sebagai berikut:

  1. Upekara  tingkatan nista (alit) : banten saraswati, canang burat wangi toya (air) kum-kuman beserta runtutannya.
  2. Upekara tingkatan  madiya : banten saraswati, peras ajuman , daksina, rayunan putih kuning air kumkuman dengan runtutannya.
  3. Upekara tingkatan utama : banten saraswati, peras ajuman, daksina, sesayut saraswati, sajin sareswati, ulam bebek putih maguling (mebetutu) raka-raka, gebogan, pesucian tedah pawitra, canang burat wangi, canang sari dan dilengkapi dengan ayaban alit, sepertii sesayut, pengambeyan, pengiring dapetan, penyeneng, rantasan, (wastra sarwa baru anyar), air kum-kuman, tetabuhan, sege-cacahan, serta banten suci

Banten Saraswati

Dasarnya boleh menggunakan ceper atau tamas yang di dalamnya berisi : ketan, injin (beras hitam), beras barak (merah), beras putih, masing-masing beras tersebut tempatkan pada tangkih, jagung, nasi biasa, godem dan biji jali, semuanya di nyahyah (sangrai) kemudian masing-masing diwadahi  tangkih rujak, segara gunung (ramuan) yang terbuat dari temu-temuan asane boleh ajengan, kelapa (rekrek) buah delima, delima ase (lunak, bawang goreng) gula ental atau gula enau (gula bali), nyahnyah (sangrai)  ketan, injin, beras barak, beras putih, uyah uku (garam tradisional), arak, berem, empehan (air susu), tempaatkan pada wadah atau takir.

Racik rujak yang terbuat dari kelapa mererek , buah asem, garam, laalu ditempatkaan pada takir.

Buburr perecet, yang terbuat dari tepung beras, dicaampur dengan santan kelapa, air cendana, lalu tempatkan pada wadah  takir, lengkapi dengan sidu busung (sendok yang terbuat dari daun kelapa muda).

Bubuh cendol : bahan-bahan racikannya sama dengan di atas, diberi madu, , lalu tempatkan pada wadah  takir, lengkapi dengan sidu busung (sendok yang terbuat dari daun kelapa muda).

Jaja kuskus ketan, injin jaja kukus barak, jaja kukus kuning, suang-suang mewadah tangkih.

Bubuh sumsum seperti di atas, bungkus dengan daun andong ( adon-edong) ada yang berbentuk rokok, ada juga yang dibungkus biasa (seperti membungkus tape)

Bubuh sumsum yang dibungkus dengan daun beringin (daun beringin beserta tangkai dan ranting daunnya).

Masing-masing ranting atau tangkai berisi lima helai daun yang bungkusanya menyerupai rokok  (atau base temple).

Sedangkan yang dua tangkai daun beringin dibiarkan kosong, masing-masing  tamas, berisi dua bancang, Yang satu bancang bungkusannya nungkayak (menghadap ke atas).

Jajan Saraswatinya, yang terbuat dari tepung beras, yang semua berwarna putih, berisi rajah gambar cicak, kedua mata cecak terbuat dari tepung injin. Jajan tersebut diwadahi dengan tangkih. Banten yang  wadahnya tamas, dilengkaapi (dagingin) pisang raka-raka buah-buahan, jajan, tebu, sampian pelaus, pasucian, canang burat wangi canang sari.

Sesayut Saraswati

Beralaskan kulit sesayut, berisi penek barak (merah), penek putih, penek selem (hitam), masing-masing berisi lauk pauk pisang raka-raka buah-buahan, jajan, biyu, tebu, sampian nage sari, penyeneng, canang burat wangi.

Sajin Saraswati

Beralaskan taledan, berisi tumpeng, biasa, lauk-pauk, jajan, raka-raka, buah-buahan, sampian tangga, canang ganten.

Rayunan Saraswati

Ajengan agibung putih (satu porsi nasi berserta lauk-pauk,ebatan) , satu taledan, gibugan kuning, satu taledan masing-masing dilengkpi lauk pauk, dagingnya  itik/bebek  putih  yang diguling boleh juga dibetutu.  Juga ayam putih mebetutu. Di atas rayunan tersebut, berisi pesucian, canang sari,

Setelah selesai mempersiapkan saji atau banten tersebut, Tempatkanlah di hadapan ida sang hyang Aji Saraswati, Yang bertugas meminpin upaacara wajib memohon tirta kepada Dewa Surya Menggunakan sarana  piring sutra baru dan sukela (gelas yang sudah berisi air suci anyar, berisi sekar tunjung (bunga teratai).

Dupa yang sudah dinyalakan diberi mantra sebagai berikut : pakulun sang hyang siwa raditya manusa nira anjaluk tirta mahening sang hyang pustaka jatinarmada, weda suksema pari purna ya namah.

Kemudian air tirta yang dimohon tadi ketisang di  banten 7 (tujuh) kali, di atas rontal,buku dan kitab-kitab suci lainnya ketisang 3 (tiga) kali.

Ngantebang Banten Piodalan Saraswati

Sebelum nganteb banten Piodalan Saraswati, petugas  upacara mesti menyampaikan secara jujur mengenai sarana upakara yang digunakan tentang dimana kelebihan dan kekurangan sarana atau upakara tersebut. Setelah itu barulah mulai mengucaapkan matra berikut:

Mantranya :

Ong betara Sareswati,
angaturang ring betari Giri-pati,
tan kene ulun, sangkut kaon sebel kandas,
lara roge, tamahning upederawa,
betara sanga luputa ring ulun,
ulun amalaku dirgayusa, aweta urip.
Ong sareswati ya namah suaha.
Ong asuwa manuya nama suaha.

Setelah selesai proses di atas dilaanjutkan dengan Muspa.

Tujuan dan Makna dari Pamuspaan:

Memohon ijin atau restu kepada  ida Sang Hyang Aji Saraswati juga memohon anugrah agar mudah mempelajari ilmu pengetahuan mampu memahami dan mengamalkan  sastra agama, sehingga mampu mengendalikan Sad Ripu, sehingga kebahagiaan dan kesejahteraan dalam kehidupan dapat terwujud.

Esok paginya  luu (sampah) sesaji/upakara di bersihkan, setelah bersih barulah menghaturkan nasi labahan dibarengi dengan muspa.

Setelah itu dilanjutkan dengan mebanyu pinaruh mahening-hening matirtha  mensucikan jiwa dan raga, di pancoran mata air yang suci.


Dipetik dari buku Wikarman Singgih Inyoman,Sanggah Kamulan Fungsi dan pengertiannya

Komentar