helaibuku.blogspot.com/ Om Swastyastu Sahabat Helai
Buku, berikut ini Helai Buku postingkan tentang Pewacakan Rare Untuk
Pemarisudha atau Ruwatan Anak Agar Terhindar Dari Pengaruh Buruk Yang
Diakibatkan Oleh Hari Kelahiran. Sahabat Sedharma tentunya sudah tidak asing
lagi dengan istilah pewacakan rare bukan?
Menurut
pemaparan Bapak Wayan Budha Gautama, Pawacakan Rare artinya : nujum untuk rare
(anak-anak). Wacak berarti nujum. Kenapa perlu ada pewacakan? Karena hari
kelahiran seseorang tidak sama yang satu dengan yang lainnya. Tiap-tiap
kelahiran akan membawa serta memiliki sifat-sifat serta ciri-ciri dan
pengaruh-pengruh yang menyertainya. Itulah perlu diteliti dan dibayuhin agar
pengaruh negative bisa dinetrlisir sehingg kehidupan sang anak menjadi selamat
sentusa. Dalam Pawacakan seseorang diteliti dari segi kelahirannya antara lain
:
- Hari Saptawara,
(Minggu sampai Sabtu)
- Hari Pancawara
(Umanis sampai dengan Kliwon)
- Pawukon (Sinta
dengan Watugunung).
Berdasarkan
hasil penelitian itu, dapat dibuatkan ruwatan (bebayuan), yang berarti
pengembalian kekuatan. Bebayuan berarti pemberian atau pengembalian kekuatan
pada seseorang.
Jenis Upacara
pemberian kekuatan atau Bebayuan biasa juga disebut Bebayuhan, sesuai dengan
ciri-ciri yang terdapat pada setiap kelahiran seseorang.
Beberapa
Pewacakan (nujum) sesuai dengan Hari-Hari tertentu :
Kelahiran menurut Saptawara (tujuh hari) :
1. Apabila seseorang anak
lahir atau Hari kelahirannya pada Hari Redite (Minggu), Dewanya : Betara Indra :
kayunya : kayu putih, jenis burungnya : burung beo, wayangnya : Panji,
baying-bayangannya : tendas mulereng (?) bintangya : bintang waluku ()bajak),
bintang gajah, bintang lembu.
Hutang
(yang harus dilunasi) : beras : 5 catu (semacam ukuran tradisional Bali), uang
(kelengkapannya dengan uang kepeng bolong) : 500, Upacara ruwatan dilaksanakan
di Pemerajan Paibon. Sesajen (bebantenannya) : Sesayut Kusumajati, yaitu nasi
putih, dagingnya : adalah daging ayam putih tulus (putih mulus) yang
dipanggang, yang dilengkapi dengan bawang dan jahe. Pelaksana upacara itu
dilarang orang yang menggunakan genta (bajera), agar jangan kena kutukan Sang
Pendeta Utama.
Orang
yang memiliki hari pada Hari Minggu : apabila dia seorang lelaki, pada alat
vital (purusnya) terdapat tahi lalat, demikian juga yang wanita pada alat
vitalnya terdapat seperti itu.
Sifat-sifat
serta wataknya : cerdas, berbakat sebagai pengarang, penjudi dan semacamnya.
Bila tidak sebagai penjudi, dia sebagai seorang terkena gangguan ingatan.
2. Apabila seseorang terlahir
pada Hari Soma (Senin)
Dewanya : Betari Uma, kayunya pule, jenis
burungnya : burung jangkung (semacam burung air), bayang-bayangnya : rembulan,
wayangnya : togog, bintangnya : lumbung berisi, bintang kelapa, bintang pedati,
bintang api, bintang naga. Hutang (yang harus dilunasi) : beras 4 catu, uang :
400, Upacara ruwatan dilaksanakan di Sanggar (Pamerajan Paibon). Sesajen (jenis
bebantennya) : Sesayut Citta Rangga, yaitu : nasi hitam, dicampur mrica ginten,
dipancangi, menggunakan pemimpin upacara itu yang memakai genta, yang
bersangkutan sendiri saja yang menghaturkan, boleh memohon air suci pada Sang
Pendeta, karena hari lahirnya Soma (Senin), berhasil di dalam menjalankan
usaha. Penyakitnya : sering panas, mencintai sang suami, sebaliknya dia
dicintai oleh suaminya. Sewaktu menghaturkan sesayut, hendaklah dipuja Dewi
Soma (Dewi Rembulan).
3. Apabila seseorang dilahirkan
pada Hari Anggara (Selasa)
Dewanya : Sang Hyang Rudra, kayunya : kayu
Ambulu, burungnya : burung gagak, wayangnya : wayapak (?), maya (gaib =
bayangan) : api, bintangnya : bintang sampan sarat, bintang celeng, bintang
anjing, bintang dapat, bintang panah patah.
Hutang
(yang harus dilunasi) : beras : 3 catu, uang : 300, Sesajen (jenis bebantennya)
: Sesayut Wira Kusuma, yaitu : nasi jingga, yaitu : nasi yang berwarna merah
kekuning-kuningan menggunakan daging ayam biing kuning (bulu merah kaki serta
paruhnya berwarna kuning), dipotong-potong, kemudian digoreng. Pelaksanaan
upacara tidak boleh dipimpin oleh orang yang menggunakan genta. Sebab bila hal
itu terjadi, maka para Pendeta Utama akan mengutuknya.
Adapun
tempat pelaksanaan ruwatan terhadap orang tersebut di bawah cucuran atap (rumah
meten), yang dipuja adalah Betara Anggara, sesuai dengan hari kelahiran orang
tersebut Hari Anggara (Selasa). Sifat-sifat orang yang terlahir pada hari
Anggara (Selasa) bandel, kemarahannya tak tampak jarang diketahui oleh orang
lain.
4. Apabila seseorang lahir
pada Hari Buda (Rabu)
Dewanya
: Sang Hyang MahaDewa, kayunya, kayu bunut, burungnya : Burung dara (Merpati),
bayangan gaib (maya): oratiwi (tanah), angin, bintangnya kartika, puuh atarung
(puyuh berlaga), bintang kirim, bintang gajah mina (gajah laut), bintang
ananggung rare(menggendong anak).
Hutang
(yang harus dilunasi) : beras : 7 catu, uang : 700, sesajen itu dihaturkan di
mrajan paibon. Sesajen (jenis bebantenannya) : Sesayut Purnasuka, yaitu : nasi
kuning (warna kuning) berisi sesaur, dagingnya ayam putih siungan (ayam yang
warna bulunya putih campur hitam sedikit, serta warna kaki serta paruhnya
kuning), dipotong-potong lalu digoreng, kemudian dibentuk seperti semula
(simbolis), berupa Bunga delima kwanta (delima merah jingga). Tidak boleh
diselesaikan (dipuput) oleh Mangku yang memakai genta. Oleh karena terlahir
pada Hari Buda : penyakitnya : sering pingsan. Tempat pelaksanaan ruwatan itu
di : permandian, di tempat air lainnya, atau ditempat babi (kandang babi).
5. Apabila seseorang lahir
pada Hari Wrehaspati (Kamis) :
Dewanya
: Betara Guru, bayang-bayang gaibnya : mintar, (?), kayunya : kayu beringin,
burungnya : burung merak, bintangnya : bintang kumba (tempayan).
Hutang
(yang harus dilunasi) : beras : 4 catu, uang : 400. Tempat menghaturkan upacara
di : Paibon. Sesajen (jenis bantennya): Sesayut Kusuma Gandawati, yaitu : nasi
warna merah muda (merah jambu), dengan beras 1 gelas, dagingnya : daging ayam
wangkas yang dipototng-potong kemudian digoreng. Dilumuri dengan air tebu ratu.
Jangan menggunakan alat genta diwaktu menghaturkan sesajen tersebur. Kecuali
bebantenan tersebur diatas, juga disertakan pengambean, ayam betina, itik
jantan. Apabila makan nasi, sertakan juga pisang serta jajan bantal. Suruh
orang yang terlahir paa Hari Wrehaspati tersebut (yang diruwat) agar memakan
daging sesajen tersebut, sebagai penolak bahayanya : salah ukur.
6. Bila seseorang lahir pada
Hari Sukra (Jumat)
Dewanya
: Betari Sri, kayunya : kayu ancak, Burungnya : burung perkutut, bayang-bayang
gaib (maya) : air, wayangnya : sangut (petruk), bintangnya : banya angerem
(angsa mengeram), lintangwong arebutan, lintang : bubu kosong, lintang udang,
lintang perahu putus. Hutang (yang harus dilunasi) : beras : 6 catu, uang :
600, dihaturkan di Paibon. Sesajennya (bebantennya) : Sesayut Liwet Biru, yaitu
: nasi biru, ayam kelabu, setelah dipotong-potong kemudian digoreng, dibentuk
seperti semula. Jangan mempergunakan alat upacara yang memakai genta. Sebab
terlahir pada Hari Sukra (Jumat), senantiasa selama hidupnya kecurian, selalu
bertengkar. Ruwatan terakhir di balai-balai terpisah.
7. Apabila seseorang
terlahir pada Hari Saniscara (Sabtu)
Dewanya
: Betara Yama, kayunya : kayu kepuh, burungnya : burung dok (?), bayang-bayang
gaib : api, wayangnya : dalem, bintangnya : sangenge, lintang erang-erang,
bintang panah, bintang larung pagelangan, bintang kupu-kupu berlaga.
Hutang
(yang harus dilunasi) : beras : 9 catu, uang : 900.
I. Inilah Ruwatan Kelahiran Bagi Orang-orang yang Terlahir dalam Lingkup Pancawara :
1. Umanis Hari lahirnya :
Ruwatan
dilakukan di Sanggar. Jenis Upakara-Upacaranya : tumpeng 1, dagingnya : beli di
tempat penyembelihan, jejatah calon, balung, katupang, rumbah gile, oelas
keladi, sayur kacang, jajan gegodoh (pisang goreng) tumpi, haturkan di sanggar
yang dipuja Sang Sedahan Semaya. Lagi penek, 1 dagingnya : daging ayam putih
yang dipanggang, rumbah gile, ruwatannya (tebasin) di jalan menghadap ke Timur,
yang disebut-sebut : Buta yang semakin menjauh.
2. Paing Hari lahirnya :
Upacara
ruwatannya : penek 1, dagingnya : sate calon, rumbah gile, Ayam yang digunakan
: ayam wiring (ayam buru merah yang dipanggang), jajannya : gegodoh tumpi.
Sesajennya dihaturkan : di Sanggar, yang disebut-sebut : Sang Asedahan Semaya.
Ada
tambahannya : tumpeng 1, dagingnya : ayam kelabu kemerahan yang dipanggang,
pelas dari kemiri, sayur asam campuran, balung, ketupang, balung gegending,
Upacara Ruwatan terakhir : di jalan menghadap ke Selatan, dengan
menyebut-nyebut Sang Asedahan Semaya.
3. Pon Hari lahirnya :
Upacara
Ruwatannya (tebasan) : tumpeng 1, dipuncaki manik (dari telor itik), ikannya :
sate calon, jajan gegodoh tumpi, dihaturkan di Sanggar, yang disebut-sebut Sang
Asedahan Semaya. Ada tambahannya kagi, tumpeng 1, ikannya rempah-rempah, sate
calon, jepit babi, letlet, rumbah gile, Dagingnya : ayam putih siungan
terpanggang jajannya gegodoh tumpi, lakukan ruwatan terakhir di Jalan menghadap
ke barat, dengan menyebut Si Buta Pengawan.
4. Wage Hari lahirnya :
Upacara
Ruwatannya (tetebasannya) : nasi terbungkus, dagingnya : ayam ijo dipanggang,
ikan lel dipanggang, upacara dilakukan di sanggar (sanggah/pamerajan ), yang
disebut-sebut atau dipuja-puja : Sang Asedahan Semaya. Tambahan dari sesejai
tersebut : tumpeng 1, dagingnya : ayam hitam dipanggang, tetebasan itu
dihadapkan ke Utara, dengan menyebut-nyebut Sang Buta Wira.
5. Kliwon Hari lahirnya :
Upacara
Ruwatannya : tumpeng 1, daging (lauknya) : ikan laut (Gerang seleh) yang
dipanggang, ayam putih yang dipanggang, jajannya : gegodoh tumpi, upacara
ruwatannya : di sanggar, yang disebut-sebut/dipuja : Sang Asedahan Semaya.
Tambahannya
dari sesaji tersebut : tumpeng 1, daging lauknya : ikan laut besar (ikan
kering), kepiting (yuyu), balung ketupang, ayam brumbun dipanggang, sayur daun
pepe, yang diisi asam Jawa (lunak), mentong isen (batang legkuas pada akar
tinggalnya), sayur kacang kara berkuah (seperti digulai), pecel yuyu. Yang
disebut-sebut sewaktu menghaturkan tebasan : Sang Kala Prayoni, bertempat di
jalan di muka pekarangan.
II. Ini adalah Ruwatan bagi
kelahiran orang pada lingkup Sangawara, beserta Sesaji Ruwatannya :
1. Apabila kelahiran
seseorang pada DANGU :
Seseorang
tersebut akan menderita. Upakara Ruwatannya (sesajinya) : ketupat Pendawa,
Kelengkapan Upakaranya : sejumlah jajan
(bebas), bunga maduri putih, sesarinya : 16, Mantranya : Om Samapta Ya
Namah.
2. Apabila kelahiran
seseorang pada JANGUR :
Seseorang
tersebut bakatnya sebagai pedagang. Jenis saji nasi inditan, dagingnya : ikan
sungsi (?), dengan beberapa jenis jajan, benang tetebus warna kuning, sesari
33. Mantranya : Om Pratama Ya Namah.
3. Apabila kelahiran
seseorang pada GIGIS :
Seseorang
tersebut : tergolong orang jahat (selalu bikin keracunan), Jenis sesajinya :
bubur gurih (tepung), dagingnya : yuyu, rujak, dengan jenis jajannya, benang
tetebus warna hitam, sesari 15. Mantranya : Om Saraswati Ya Namah.
4. NOHAN kelahiram
seseorang :
Seseorang
tersebut tergolong hina (Penjelmaan anjing) : Jenis sesajinya : tumpeng agung
1, ayam panggang (bulu bebas), dengan jenis-jenis jajan, tetebus benang warna
putih kuning, nira satu sujang (ukuran dari bambu), sesari 10, mantra : Om
Bhuta tan Pamangsa ya Namah.
5. Apabila OGAN kelahiran seseorang,
itu
adalah penjelmaan wong Bicari, jenis sesaji yang dipergunakan/dipersembahkan :
sega pinunjung (hidangan nasi), daging : ayam dipanggang (ayam bulu bebas),
disertai jenis jajan, benang tetebus tridatu (tiga warna = merah, hitam dan
putih), bunga warna putih, sesari 20, yang disebut-sebut pada waktu ruwatan :
babu wisaya.
6. ERANGAN kelahiran seseorang
penjelmaan
penjahat. Sesajinya : penek agung, bebek yang dibikin guling (guling bebek) 1,
beserta jenis jajannya, benang tetebusnya sesuai dengan urip (neptu) hari
lahirnya, bunga warna kuning, sesari 25, Yang disebut-sebut/dipuja : Babau
Anasa.
7. Apabila URUNGAN kelahiran seseorang
itu
adalah penjelmaan mandul. Sesajinya berupa : sega pinunjung, beras sekulak
(ukuran tradisional Bali), dagingnya : ayam bulu merah (biing) yang dipanggang,
walung ketupang, jenis jajan/buah, tetebus benang warna merah, sesari 8, yang
disebut-sebut : Prabu WIsaya.
8. Apabila TULUS kelahiran seseorang,
penjelmaan
orang tersebut atau kehidupan tersebut sebagai pedagang. Jenis sesajinya : sega
pinunjung (hidangan berupa nasi), dagingnya : ayam panggang (ayam bulu warna
bebas), balung ketupang, balung gegending, dilengkapi dengan jenis
jajan/buah-buahan, tetebus benang warna putih, sesari 35. Mantra : Om Namah.
9. DADI kelahiran seseorang,
itu
adalah penjelmaan seorang Pendeta, Jenis sesajinya : penek 1, tadah pawitra,
lenga wangi burat wangi, panca pala, sesari 7, yang disebut-sebut : Prabu
Sakti.
III. Kelahiran menurut Astawara,
serta Sesaji Ruwatannya :
1. Apabila SERI kelahiran
seseorang,
Jenis
sesajinya nasi biru, dagingnya : ayam yang warna bulunya abu-abu yang
dipanggang, kemudian dipecel, tetebus benang warna biru, juga diserta dengan
jenis jajan/buah-buahan, sesari 6, juga yang disebut sarwa pawitra. Mantra : Om
Rudra Ya Namah.
2. Apabila INDRA
kelahiran seseorang,
sesajinya
: sega liwet (nasi bubur) 5, lamak, dagingnya : putih telur, bunga warna
kuning, dilengkapi dengan jenis jajan/buah-buahan, tetebus benang warna putih,
sesari 5, Mantra : Om Indra Ya Namah.
3. Apabila Guru kelahiran
seseorang,
Sesajinya
: Nasi warna merah jambu, dengan wadah sulanggi, dagingnya : paru-paru, bunga
warna merah jambu, dilengkapi dengan jenis jajan/buah – buahan, sesari 8,
Mantra : Om Nam Guru Ya Namah.
4. Apabila YAMA kelahiran
seseorang,
Jenis
sesajinya : sehidangan nasi, warna lima (putih, merah, kuning, hitam dan
campuran warna keempatnya itu), dagingnya : daging ayam brumbun yang
dipanggang, bunga warna lima, dilengkapi dengan buah-buahan, sesari 9.
Mantranya : Om Sinidira Ya Namah.
5. Apabila RUDRA kelahiran
seseorang :
Sesajinya
Nasi kuning, ditempatkan pada jembung (cawan), dagingnya: kepiting, dilengkapi
dengan jenis jajan/buah-buahan, sesari 3, Mantra : Om Mam Rudra Ya Namah.
6. Apabila BRAHMA kelahiran
seseorang,
sesajinya
: bubur gurih, dagingnya terbuat dari ati ayam, dilengkapi dengan jenis
jajan/buah-buahan, sesari 7, Mantranya : Om Tam Mahadewa Ya Namah.
7. Apabila KALA Kelahiran
seseorang,
Sesajinya
kerak bubur, disertai dengan tetebasan, dagingnya pepes palem udang, disertai dengan
jenis jajan/buah-buahan, bunga warna kuning, sesari 1, Mantra : Om Sam Saddya
Ya Namah.
8. Apabila UMA kelahiran
seseorang,
sesajinya
: sehidangan nasi, dagingnya : dadar telur itik, nasi dibentuk tumpeng,
dilengkapi dengan jenis jajan/buah-buahan, tetebus dengan benang warna putih,
sesari 4, Mantra : Om Ajna Ya Namah
IV. Ruwatan bagi kelahiran dalam
lingkup Saptawara :
1. Apabila Redite (Hari
Minggu) kelahiran seseorang,
Sesajinya
sehi dengan nasi lima warna beralas kelakat, tadah pawitra, dilengkapi dengan
buah-buahan, sesayut beras putih, tanekan acatu, dagingnya : ayam putih
dipecel, tetebus putih, daun sulasih, calon 5, tepung campah (kambar).
2. Apabila Coma (Hari Senin)
kelahiran seseorang,
sesajinya
: aba (?) separo, dagingnya ayam bulu warna abu kemerahan, biakawon, beralas
daun pandan, dan daun pisang saba, balung gegending, tetebus nagasari, calon 4,
gedang abaha tadah pawitra, tepung campah (hambar), Pelaksanaan ruwatan di
tempat tidur.
3. Apabila Anggara (Hari
Selasa) kelahiran seseorang,
sesajinya
: nasi warna biru, dagingnya ayam hijau yang dipanggang, tadah pawitra, beras
ketan dan injin, ikan dengan telur, tumpeng dengan beras ketan, tumpeng injin,
calon 3, jejatah 3, rumbah gile, tetebus benang tridatu (tiga warna : merah,
hitam dan putih), biakawon.
4. Apabila Buda (Hari Rabu)
kelahiran seseorang,
sesajinya
: nasi bubur, seberat secatu, dagingnya : ikan dengan telur, beralaskan selepan
(daun kelapa yang sudah tua), sampai dengan elisnya, 1, tetebusnya benang warna
hijau, di bagian bawahnya : nasi 7 kepel, urab warna merah putih.
5. Apabila Wrespati (Hari
Kamis) kelahiran seseorang,
sesajinya
: nasi selambur (campuran), seberat satu setengah catu, dijadikan 8 pulungan,
dagingnya : ayam brumbun, yang dibelah-belah 8. Adapun sesajinya di bagian
bawah : sekepal nasi, lauknya darah senilai 5, bunga kembang sepatu merah,
beralaskan klakat, sampian slepaan, dilengkapi dengan jenis buah-buahan.
6. Apabila Sukra (Hari
Jumat) kelahiran seseorang.
Sesajinya
: nasi 6 kepal, beralas klakat, dagingnya daging babi seharga 225, ebatan sate
calon, sayur gegecok (sayur dari biji kacang campur kelapa gobed) warna merah
putih, dibagi menjadi 6 bagian.
7. Apabila Saniscara (Hari
Sabtu) kelahiran seseorang
Sesajinya
: tumpeng merah, seberat acatu, dan ayam wiring yang dipanggang, tetebus benang
merah, 2, jeroan ayam 9 tangkih, sedah (sirih.
V. Kelahiran menurut Sadwara,
serta Sesaji Ruwatannya
1. Apabila Tungleh kelahiran
seseorang,
jelmaan
seorang janda. Sesajinya : tumpeng adanan, dagingnya daging ayam yang
dipanggang, lengkap dengan jajan-jajan/buah-buahan, tetebus benang tri datu
(merah, hitam dan putih), bunganya memakai bunga trikancu, sesari 5, yang
disebut-sebut : Brahmanda.
2. Apabila Aryang kelahiran
seseorang,
nasi
wadah wakul, seguci tuak (nira), daging yang berasal dari tempat penyembelihan
hewan, seharga 9, lengkap dengan jajan/buah-buahan jerimpen, yang disebut-sebut
: Babu Sanasa.
3. Apabila Wurukung kelahiran
seseorang
itu
jelmaan :orang landep (tajam pikiran), Sesajinya : nasi warna biru, yang
dibikin hidangan, dagingnya : daging ayam warna abu-abu, bunga warna biru,
lengka dengan jajan/buah, penebusan sesari 8. Mantra : Om Indra Ya Namah.
4. Apabila Paniron kelahiran
seseorang,
itu
penjelmaan orang yang telah berpisah satu dengan lainnya, Sesajinya : tumpeng
(penek), beras sekulak, yang dijadikan 5 bagian, itu yang dipakai ruwatan,
dagingnya : ayam panggang (bebas), tetebus benang mancawarna (lima warna :
putih, merah, kuning hitam dan kumpulan keempat warna itu. Jajan/buah, sesari
6, yang disebut-sebut : Babu Karokeh
5. Apabila Was kelahiran
seseorang,
apabila
orang tersebut laki-laki, orang bujangan menjelma. Sesajinya : hidangan nasi,
dagingnya bebas dan genap, jajan/buah, benang tetebusnya warna sesuai dengan
warna tempat hari kelahiran orang tersebut. Mantra : Om Dalidra Ya Namah.
6. Apabila Maulu kelahiran
seseorang,
itu
merupakan jelmaan seorang berdarah biru (ningrat = bangsawan). Sesajinya : nasi
beralas sulanggi, jajan/buah, jenis suci, tetebus benang warna putih, sesari
10, Mantra : Om Mam Namah.
VI. Materi Ruwatan bagi
kelahiran pada Pancawara :
1. Apabila Umanis kelahiran
seseorang,
Sesajinya
: nasi hidangan, dagingnya : daging ayam putih yang disertai rumbah gile, bunga
warna kuning, di timur tempat ruwatan itu, diisi dengan rumput lepas.
2. Apabila Paing kelahiran
seseorang,
Sesajinya
: tumpeng 1, dagingnya : sate 5, calon 5, rumbah gile, ayam wiring (bulu merah)
yang dipanggang, 1, jajannya : gegodoh tumpi, ruwatan itu dihaturkan di
sanggar. Lagi tambahannya : tumpeng 1, dagingnya : daging ayam bulu warna
abu-abu kemahan, yang dipanggang, pelas kemiri (tingkih), sayur gerangasem
reratusan (Bahan yang dicampur), balung ketupang, balung gegending, Tempat
ruwatan di muka rumah (pintu gerbang) menghadap kea rah selatan. Yang
disebut-sebut : Sang Buta Pangkah.
3. Apabila Pon kelahiran
seseorang,
Sesajinya
: hidangan nasi, dagingnya : daging ayam putih siungan, tempat ruwatan di arah
barat, osi dengan bunga delima merah, Yang disebut-sebut : Nawa Sakti.
4. Apabila Wage hari lahir
seseorang,
Sesajinya
: nasi aron-aron (setengah matang, balung gegending, calon agung, sayurnya :
gerangasem pepe, sambal cabai, utang-utangnya 400, Yang disebut-sebut : Babu
Sugih among babu wiro.
5. Apabila Keliwon kelahiran
seseorang,
Sesajinya
: tumpeng 1, daging/lauknya ikan laut
asin (sudang), jajan gegodoh tumpi, ruwatan dilakukan di sanggar. Tambahan lagi
tumpeng 1, daging/lauknya : ikan laut besar, balung ketupang, ikan kepiting
(Gerang kepiting), sayurnya : gerangasem daun pepe, ruwatan lanjutan di depan
pintu gerbang rumah Yang disebut-sebut : Sang Kala Prayoni. Lagi tambahan
sesajinya : tumpeng agung (besar) diisi telur (telur itik), daging betutu ayam
putih, 1 , buah-buahan, burat wangi, lenga wangi, tadah pawitra, kampuh satu
set (sapradeg), sedah woh (?), arta : 555, sesayutnya menghadap ke timur, Yang
dipuja : Sang Hyang Iswara.
VII. Kelahiran menurut Caturwara
serta Sesaji Ruwatannya :
1. Apabila Seri kelahiran
seseorang
itu
merupakan jelmaan orang pintar cerdik cendikia, Sesajinya : sarwa pawitra,
bubuh pradnyan, dengan tetebasan, tetebus benang warna putih, sesari 6, Mantra
: Mang Wang Namah.
2. Apabila Laba kelahiran seseorang
titisan
orang yang senantiasa periang. Sesajinya : nasi tumpeng 1, beras sekulak,
dagingnya : guling itik, jenis jajan bua, benang tetebusnya mancawarna (lima
warna) Yang disebut-sebut : Prabu Sakti.
3. Apabila Jaya Kelahiran
seseorang
merupakan
jelmaan dari seorang prajurit. Sesajinya : nasi hiding daingnya : hati itik
dipanggang, dilengkapi dengan jenis jajan/buah-buahan, tetebus nagasari bunga
warna merah, sesari 10. Mantra : Om Satru Winasa Ya Namah.
4. Mandala kelahiran seseorang
merupakan
titisan bebotih (penjudi). Sesajinya : nasi hidangan, beras acatu, daging :
ketupang agung, lengkap dengan jajan/buah-buahan, tetebus benang warna jinah
sesari 80, bunga wara biru. Mantra : Om Maherors Ya Namah.
VIII. Kelahiran menurut Triwara serta sesaji Ruwatannya
1. Apabila kelahiran seseorang pada
Dora
Orang hina yang menjelma pada diri seseorang tersebut. Sesajinya : gelar
sanga, nisa seberuk (takaran dari batok kelapa), benang tetebusnya berwarna
merah lengkap dengan jenis jajan/buah-buahan, sesari 25 Yang disebut : Nini Rugrug
grag rigrig rig.
2. Apabila Waya kelahiran
seseorang,
orang
sedang-sedang yang menjelma pada diri seseorang tersebut. Sesajinya nasi
kuning, lauknya kuning telur itik, lengkap dengan jajan/buah, tetebusnya sesuai
dengan warna dari hari kelahiran seorang tersebut, sesari 7, yang disebut-sebut
: Babu Tarapan
3. Apabila Biantara kelahiran
seseorang
itu
merupakan jelmaan orang terhormat. Sesajinya : nasi bubur (nasi liwet) yang
dilengkapi dengan suci, disatukan lauknya/dagingnya dengan
jajan/buah-buahannya, jenis suci, sesari 10, bunga warna kuning, Sesaji
tersebut dilengkapi dengan jerimpen. Mentra : Om Suksma Dipataye Namah.
IX. Kelahiran menurut Dwiwara
serta Sesaji Ruwatannya :
1. Apabila pada Menga kelahiran
seseorang
itu
adalah jelmaan seseorang yang bermartabat tinggi, serta perangainya senantiasa
menimbulkan kesejukan perasaan orang banyak. Sesajinya : hidangan nasi kuning,
lauknya hati ayam, lengkap dengan jajan/buah-buahan, gegodoh tumpi, pisang,
tetebus benang warna kuning, sesari 21.
2. Apabila Pepet kelahiran
seseorang
Sesajinya
: nasi kukus setamas, lauknya kraca (siput sawah), lengkap dengan
jajan/buah-buahan, tetebus benang putih, sesari uang 17.
X. Inilah Ruwatan Bagi Orang
Terlahir Pada Umanis :
Sesajinya
dihaturkan di sanggar, beras 2 kulat, wewidehan, benang dengan uang 5 keping,
ikan laut kering dengan telur, 2, lengkap, haturkan di sanggar bubur
selengkapnya, yang dipuja : Betara Guru, Ra Nini paduka Betari Uma, Yang
dipersembahkan serba mentah, yang disertai tumpeng putih dan kuning, wewidehan,
yang diolah menjadi sate calon, Gerang kepitingm rumbah gile, gelar sanga,
Panca Kosika, Resigana, beras satu kulak, uangnya : 225, setukal benang,
tetebus benang warna putih, isuh-isuh (dari telur ayam), olah-olahan, haturkan
di depan sebelah kanan, yang disebut-sebut Sang Buta Kala Karuna, Sang Buta
Kala Sakti, Sang Gumbang Basah, Sang Kala Jaya, mereka yang mengalahkan musuh,
hanyutlah sesaji biakala itu.
XI. Ini Adalah Ruwatan Bagi
Orang Yang Terlahir Pada Pahing:
Wewidehan
seharga 99, haturkan atau persembahkan ruwatan itu di sanggar, bubur
selengkapnya, gernag kepiting, telur 2, perlengkapannya seperti semula yang
diolah, yang disebut-sebut : Sang Kaki Brahma, Ra Nini Saraswati, bila telah
matang, ruwatan itu dilakukan di depan dapur, lengkapi dengan olahan serta sate
calon, rumah gile, sasak mentah, Resigana, Panca Kosika, Yang disebut-sebut : Ra
Kaki Klabang, Kaki Drembamoha, Ra Nini Bhang Molah, Ra Kaki Buta Janggitan.
XII. Inilah ruwatan bagi orang
yang terlahir pada Pon :
Widehan
seharga 77, beras 2 kulak, bubur selengkapnya, Gerang kepiting, telur 2, diolah
semuanya, haturkan di sanggar, Yang disebut-sebut : Ra Kaki Brahma Dewa, Ra
Nini Paduka Betari Mahadewi, apabila telah matang, haturkan di bagian hilir
balai sebelah barat, Yang disebut-sebut : Sang Buta Dyatmika, Ra Nini Kamadewa,
Ra Kaki Bimarupa, Ra Kaki Kala Mretyu, anda akan selalu sejahtera di
perjalanan.
XIII. Inilah ruwatan bagi orang yang terlahir pada Wage :
Widehan
seharga 44, Gerang kepiting, telur 2, beras 2 kulak, haturkan di sanggar, yang
disebut-sebut : Kaki Betara Wisnu, Ra Nini Paduka Betari Cakradewa, Setelah
selesai diolah haturkan di capcapan (cucuran) balai-balai di bagian utara, Yang
disebut-sebut : sang Bimarupa, Sang Kala Mretyu, Sang Buta Kala Mreku.
XIV. Inilah ruwatan bagi orang yang terlahir pada Kelion :
Widehan
seharga 88, berah 2 kulak, Gerang kepiting, telur 2m bubur selengkapnya,
haturkan di sanggar, yang disebut-sebut : ra Kaki Betara Siwa, Ra Nini Paduka
Betari Laksmi, diolah bagai semula/seperti tadinya setelah matang haturkan di
halaman, yang disebut-sebut : Sang Lembu Karuna, Paduka Betara Ratnadewi.
Itulah yang disebutkan penyebab terjadinya bahaya sewaktu-waktu, oleh Sang Kaki
Brajabu, seperti tadi.
XV. Ini lagi ruwatan terhadap
kelahiran seseorang/orang
1. Apabila Umanis kelahiran
seseorang
: bila tertimpa penyakit, perlu menghaturkan sesaji di sanggar berupa : sesaji
tumpeng 1, daging/lauknya : daging yang dijual oleh dagang daging, sate calon,
balung ketupang, rumbah gile, pelas keladi, sayur kacang dilengkapi dengan
gegodoh tumpi, dihaturkan di sanggar, yang disebut-sebut : Sang Asedahan
Semaya. Kecuali itu juga dihaturkan : tumpeng merah, daging/lauknya : ayam
putih yang dipanggang, ikan kering yang besar (ikan asin) rumbah gile,
dilakukan peruwatan di jalan menghadao ke timur, yang disebut-sebut buta yang
sangat jauh.
2. Apabila kelahiran pada Paing : sesajinya tumpeng 1,
daging/lauknya : rumbah gile, ayam wiring dipanggang, dilengkapi dengan gegodoh
tumpi, haturkan di sangga, yang disebut-sebut Sang Asedahan Semaya, Tambahan
lagi tumpeng 1, dagingnya ayam abu/bulu abu-abu kemerahan yang dipanggang,
pelas dari buah kemiri, sayur dari asam jawa yang dicampur, balung ketupang,
tulang gegending, lakukan ruwatan di jalan menghadap ke selatan, dengan
menyebut/memuja : Sang Asedahan Semaya.
3. Apabila kelahiran seseorang
pada Pon
: Sesajinya tumpeng 1, yang dipuncaki dengan telur itik terbelah (manik),
daging/lauknya : sate calon, dilengkapi jajan gegodoh tumpi, Ruwatan lakukan di
sanggar, sebutlah : Sang Asedahan Semaya.
Kecuali
itu ada lagi tambahannya : tumpeng 1, daging/lauknya : rempah waduk (?), sate
calon, sate jepit babi, sate letlet, rumbah gile, ayam putih siungan yang
dipanggang, jajan : gegodoh tumpi. Ruwatan ini lakukan di jalan menghadap ke
barat, dengan menyebut/ memuja : Sang Buta Begawan.
4. Apabila kelahiran seseorang
pada Wage
: Sesaji ruwatannya : nasi takilan (bungkus nasi), daging/lauknya : ayam hijo
dipanggang, ruwatan lakukan di sanggarr, dengan menyebut-nyebut : Sang Asedahan
Semaya.
Tambahannya
lagi : tumpeng 1, daging ayam hitam yang dipanggang, ruwatan dilakukan di jalan
dengan menghadap ke utara, serta menyebut-nyebut : Sang Buta Wira.
5. Apabila kelahiran seseorang
pada Keliwon
: Sesajinya : tumpeng 1, dagingnya/lauknya : ikan kering/grang, yang
dipanggang, ayam putih dipanggang, jajannya : gegodoh tumpi, lakukan ruwatan di
sanggar, dengan menyebut-nyebut : Sang Asedahan Semaya.
Tambahannya
lagi : tumpeng 1, dagingnya/lauknya: ikan kering besar (Gerang gede), kepiting
(yuyu), balung ketupang, ayam brumbun yang dipanggang, sayur daun pepe, yang
dicampuri asam jawa (lunak celagi), montong isen (bagian bawah batang lengkuas
yang masih muda), sayur/gulai dari kekara, pecel yuyu, lakukan ruwatan di
jalan, dengan menyebut-nyebut : Sang Kala Prayoni.
XVI. Inilah Tenung Rare Bajangan, apabila kena penyakit,
teliti hari kelahirannya sesuai dengan Triwara :
1. Apabila hari lahirnya : Byantara, lelaki orang (anak kecil) itu, bajang
namanya . sesajinya : ayam wurik yang dipanggang (ayam jantan), tumpeng/penek
2.
2. Apabila Dora hari lahirnya, wanita anak tersebut, bajang namanya, Sesajinya
: ayam wiring (bulu-merah) yang dipanggang, tumpeng merah 2.
3. Apabila Wahya kelahirannya : wanita/perempuan anak itu, bajang namanya,
sesajinya : ayam brumbun yang dipanggang, penek brumbun, 2.
XVII. Inilah Mantra Jenis-jenis Bebajangan :
Om SI Bajang Susila, Bajang Wengi, eling sira ring
tadah sajinira, apan kita gawe ala, agawe hayu, turunakna manusa ring sarirane
manih, aja sira amoha manih, wastu pukulun sida hayu pukulun.
Banten/sesaji
dibawah tempat tidur, seadanya dengan sesari berupa uang, 225, benang tukelan,
beras sekulak, telur asin (taluh bukasem) : 5, dupa, dilengkapi jajan/jenis buah-buahan,
serta rerebu (segehan).
Tambahan
Mentranya :
Om Sang Kosika, Sang Graga, Sang Metri, Sang
Pretanjala, Sang Kurusya, I Malimpa, I Malimpu, pinaka bapan bajang, memen
bajang, bajang yeh, bajang lengis, bajang kunyit, bajang saput, bajang balian,
bajang simbuh, bajang be julit, bajang yuyu, bajang sampi, bajang mahisa,
bajang kugkugan, bajang siap, bajang lelawah, bajang bojog, bajang mungseng,
bajang ngelali, bajang kemumu, bajang papah, bajang tukad, bajang-bajang
sakalwiraning bajang kabeh, mulih kit aka desanta, mangulon rep sirep ditu
jalanta sirep. Sarana air suci (baru diambil dari mata air) tempatkan di beriuk
baru (payuk hanyar), beras 4 kulak, benang satukal, ketan merah, ketan hitam
(injin), masing-masing diwadahi takir (daun pisang), gedang setangkep (?),
tetebus 2, uang sesari 225, dupa pelita, lis 1, tehenan, beras sakulak, gula
kelapa (aren).
XVIII. Inilah yang disebut dengan Pancawara Samaya:
1. Apabila pada Umanis kelahiran seorang bocah
ruwatannya : bulannya 7, sesajinya : hidangan berupa nasi, ayam panggang,
wuwudu ?), ikan kering (Gerang), sambel genje, sayur kacang ranum (kacang
kecil), tanasi (tape ketan/injin), induk bajangnya : Babu Juruh, yang
memerintah para babu amat banyak ragamnya, isi dedan dipuput padang lepas
(rumput lepas (rumput lepas), utangnya 500
2. Apabila pada Paing kelahiran seorang bocah
ruwatannya : sesaji berupa : hidangan nasi, teras ayam wiring dipanggang,
sambel dari kemiri, sayur kacang warna lembayung, yang menjadi induk bajangnya
: Babu Jenggi, untuk mendekatkan diri pada babu, maka pupukilah dengan rumput
lepas, hutangnya : 909:
3. Apabila Pon kelahiran seseorang :
ruwatannya : ucapan basa ngucap (?), ingin ; a lari saja, nasi pancungan, ayam
putih kuning dipanggang, balung gegending, ketupang agung, ikan kering
(Gerang), diisi dengan pepare, sambal jahe, sayur rebus dari kacang ranti,
sayur rebus dari daun turi, sambel isen yang tanpa terasi, induk bajangnya itu
: Babu Ulad –Alid, sebagai pengasuh babu utama, pupuki dengan : rumput lepas,
utangnya 700.
4. Apabila Wage kelahiran seseorang :
ruwatannya : pintar berbicara, sesajinya : nasi pancungan, nasi aron-aron
(setengah matang), balung gegending, calon agung, sayur daun pepe dicampur asam
jawa, sambal cabai yang menjadi induk bajang : Babu Sugih, yang mengemban Babu
Wiro, isi (pupuki dengan rumput lepas, utangnya : 400.
5. Apabila keliwon kelahiran seseorang : yang
diruwat karena suka bengong-bengong, ingin pergi saja, sesajinya : nasi
pancungan, ayam kurik yang dipanggang, garam asem celeng (?), sayur rebus dari
daun pepe, sayur dari kayu api, induk bajangnya : Babu Korokah yang menjaga :
babu Kala Prayoni, pupuki dengan rumput lepas, hutangnya : 800.
Sinta,
babi bulu hitam, Landep, babi cunduk, Ukir, babi tunggil, Kurantil, babi
bungalan. Tolu, babi belang kalung. Gumbreg, babi candang kepala. Wariga, bai
pelangka gading. Warigadian, babi sampar wangke. Julungpujut, babi cundukan.
Julungwangi, babi sampi. Sungsang, babi kresna, dungulan, babi gonteng
kuningan, babi sudamala. Langkir, babi tapas, Krulut, babi wuhaya ngsngsar.
Merakih, babi putih, tambil, babi kongsul, medangkungan, babi belang kalung.
Metal, babi bungalan. Uye, babi sampar wangke. Menahil, babi bungkem
perangbakat, babi belang kalungm, bala. Ugu, babi sunggat. Wayang, babi sampir.
Kulawu, kroda wijung. Dukut…………………………….. Watugunung, kroda wijung.
XIX. Ini adalah Padudusan Panglukatan :
Patut
diwaspadai sekali bila merasa ingin sejahtera di dalam penjelmaan di dunia ini,
itu mesti selalu diingat, apa hari kelahiran seseorang, juga wuku kelahirannya.
Maka rupa babi itu sesuai dengan warna kelahiran orang tersebut, bentuk
tubuhnya sesuai dengan neptu hari kelahiran masing-masing orang tersebut,
waspadai bentuk masing-masing orang tersebut, apabila Anda mau membikin iorang
selamat Sidir Astu tat Astu Astu.
Ini
adalah baik buruk kelahiran seseorang : ingat neptu Saptawara, Pancawara,
Sadwara, Astawara, Triwara, itu dijumlahkan dan selanjutnya dibagi empat, dan
sisanya perhatikan baik-baik :
Sisa
1, selamat selalu mendapatkan rejeki. Sisa 2, celaka (buruk). Sisa 3, baik.
Bagaikan keperkasaan singa. Sisa 4, buruk, bagaikan seekor anjing. Sisa 5,
baik, sakti terhormat, bagaikan lumbung. Sisa 6, jelek, cacat, akan tetapi
cepat tertolong bila kena penyakit, laksana seekor gajah. Sisa 7, baik,
kebijaksanaan senantiasa mengikutinya.
XX. Inilah Ruwatan Bagi Orang
Yang Berputra Tunggal :
Unting-unting
disebutkan, ruwatannya dengan seekor babi sebagasesajinya, dengan cara membayar
hutang. Apabila mempunyai seorang anak laki, seorang anak perempuan, itu
disebut lawing. Ruwatannya dengan seekor babi. Itulah sebagai pembayaran hutangnya.
Apabila
berputra perempuan keduanya, itu disebut dengan lulang, ruwatannya dengan jalan
menyuruh menjual berjenis-jenis bunga-bungaan.
Apabila
seseorang berputra laki tiga orang (laki ketiganya), itu disebut luluta.
Ruwatannya : babi bulu bebas, anjing bulu warna merah, mocong hitam pada
ujungnya yang diolah (dibikin ebatan).
Apabila
seseorang melahirkan tiga (3) orang ketiganya perempuan, itu dinamakan :
kedukan. Ruwatannya dengan babi basaja, dilumuti dengan darah babi belang
kalung.
Apabila
seseorang melahirkan anak-anak perempuan keduanya, kemudian menyusul seorang
anak laki selanjutnya disusul oleh kelahiran dua orang perempuan, disebut
pakuning pelangka. Ruwatannya babi yang diolah, dibikin/dibentuk kembali,
dilumuri dimandikan dengan darah babi belang. Yang dipuja pada waktu ruwatan
itu : Betari Ra Nini yang disuguhi Betara Braguru yang diuguhi. Demikian proses
karena sangat berbahaya bila tidak dilaksanakan.
XXI. Inilah Keadaan Orang Yang Terlahir Pada Saptawara dan
Astawara :
Apabila
pada Hari Redite (Minggu), yang bertepatan dengan : Uma, ruwatannya : babi
senilai : 500, ayam 5, itik 1.
Redite
bertepatan dengan Kala, ruwatannya : anjing bulu warna putih, ayam putih, babi
senilai 550, hutangnya : 500. Apabila pada Anggara bertepatan dengan Uma,
ruwatannya : babi senilai : 330, ayam wiring, 3, itik 2, hutangnya : 333.
Anggara bertepatan dengan Kala, ruwatannya : anjing warna bulu merah, ayam
wiring, 3, babi senilai : 333, hutangnya : 333.
Apabila
hari Buda bertepatan dengan Uma, ruwatannya : babi senilai 700, hutangnya :
700.
Apabila
pada hari Buda bertepatan dengan Kala, ruwatannya dengan anjing hitam, ayam
bulu warna hitam, babi senilai : 700, hutangnya : 700.
Apabila
hari Wrespati bertepatan dengan Kala : ruwatannya : babi, ayam bulu warna
putih, hutangnya : 800
Apabila
pada hari Sukra bertepatan dengan Uma : ruwatannya : babi, ayam bulu sepeerti
bulu burung jalak, hutangnya : 600.
Apabila
pada hari Sukra bertepatan dengan Kala : ruwatannya : babi, ayam putih.
Apabila
pada hari Saniscara bertepatan dengan Uma : ruwatannya : babi, anjing bulu
warna merah, ayam wiring, hutangnya : 900.
Apabila
Saniscara bertepatan dengan Kala ruwatannya : sama dengan yang di atas
(tunggil).
XXII. Kelahiran seseorang, sifat-sifat, bahaya serta
pencegahannya sesuai Pancawara :
Apabila
seseorang bocah yang terlahir pada hari Umanis : sahabatnya yang menjelma : hari kematiannya.
Juga ketika baru bisa berjalan, atau baru meningkat remaja, bahayanya sungguh
besar. Maka ruwatannya berupa : hidangan nasi, daging/lauknya : ayam putih
mulus, rumah gile, ruwatannya dilakukan dijalan di muka rumah menghadao ke
Timur, dipupuki dengan rumput lepas, bunga serba putih, Yang disebut-sebut :
Ibu Sakti.
Apabila
seseorang terlahir pada hari Paing : batasnya hanya sampai pada sedang naik daunnya
(masa remaja, amat berbahaya kehidupannya, kematiannya bisa ada waktu pisah
dengan susu, baru bisa berjalan, setelah tahu akan sanak keluarga, orang itu
jelmaan dari saudara mindonnya, ruwatannya : hidangan nasi, daging/lauknya ayam
wiring, lengkap sesarinya. Ruwatannya dilakukan di depan pintu gerbang rumah
menghadap ke Selatan, tancapi dengan kembang (bunga) landep-landep. Yang
dipuja/disebut-sebut : Prabu Sakti.
Apabila
seseorang terlahir pada hari Pon : yang menjelma
adalah pamannya, batasnya hanya pada waktu perjalanan (sedang melakukan
perjalanan), remaja putra, amat riskan, nyawanya terancam, upacara tetebusannya
: nasi hidangan, dagingnya : ayam putih siungan, sesarinya lengkap, ruwatan
dilakukan di depan pintu gerbang rumah menghadap ke Bapat, tancapi bunga warna
jingga. Yang dipuja : Sang Aku Sakti.
Apabila
seseorang lahir pada hari Wage : ayahnya yang menjelma, batasnya hanya pada waktu baru
belajar bergerak, belajar berjalan, kehidupannya (nyawanya) terancam, ditebus
dengan : nasi hidangan, dagingnya : ayam hitam, ruwatan dilakukan di Paibon
menghadap ke Utara, tancapi dengan bunga kembang teleng warna biru, yang dipuja
: Babu sanama.
Apabila
seseorang dilahirkan pada hari Kliwon : leluhurnya yang menjelma
batas hidupnya hanya sampai pada waktu baru merangkak, maka hidupnya sangat
terancam, upakara tebusannya adalah : nasi hidangan, dagingnya : ayam brumbun
(ayam yang bulunya lima warna), banten suci, sudang taluh (ikan asin + telur),
lengkap sesarinya, tancapi dengan daun muda (pucuk) beringinm ruwatan dilakukan
di sanggar (pamrajan/sanggah). Yang dipuja : Babu Korokah.
XXIII. Inilah Perlindungan dari Saptawara :
Redite
(minggu) : dha = , ya = , jna= , disebut carik hutang.
Coma
(senin) : ba = , a = , disebut carik kra.
Anggara
(selasa) : sa = , na = , ka= , disebut carik sabda.
Buda
(rabu) : ma = , ca= , ra= , disebut carik mas.
Wreaspati
(kamis) : ga= , ta= ,le= , i= . disebut carik pataka.
Sukra
(jumat) : u= , ta = , ja= la= disebut carik pati.
Saniscara
(sabtu) : pa = , dha = , nga = , wa = , ra= , disebut carik pangan, sambat, manen.
XXIV. Inilah Bebajangan, Patut Dipahami dari Segi Kelahiran
Umanis
kelahiran seseorang : hari buruk (hari apes) yang akan menimpanya ketika berusia tujuh (7)
bulan timbul penyakitnya. Upacara/upacaranya : tumpeng putih kuning, dagingnya
: daging ayam putih siungan, sayur buah ranti, nasi putih, yang
dipuja/disebut-sebut : indung (induk) Babu Juruh, Babu Among, babu Endah,
Kelengkapan lainnya : belang ketupang, tuak, Tancapi dengan rumput lepas,
hutangnya : 55.
Paing
kelahiran seseorang : masa tertimpa bahaya, sesuai dengan perkembangan kehidupannya. Upakara
sesajinya : tumpeng merah, dagingnya : ayam wiring (merah), bebek guling, satu
hidangan nasi merah, daging ayam wiring, pelas terasi, sayur warna lembayung,
ruwatan dilakukan menghadap ke Selatan. Kelengkapannya : Babu Bajang, Babu
Pangguh, Babu ugih, Babu Among. Ruwatan dilaksanakan pada Sanggar Ibu Bajang.
Pon
kelahiran seseorang : waktu kedatangan mala petaka setelah berusia tujuh bulan, itulah batas
waktu sesuai dengan kodrat kelahirannya, itu memang garis kehidupannya. Upakara
sesajinya : tumpeng putih kuning, dagingnya : daging ayam putih siungan, nasi
hidangan warna kuning, dagingnya : daging ayam putih siungan, bebek guling,
serba lengkap, ruwatan dilakukan menghadap ke Barat, daging sesaji tersebut :
daging yang berasal dari balai pemotongan (daging babi), balung gegending,
ketupang, tulang rusuk (tulang iga), tangkar, kukutis, ikan kering (Gerang)
campur pepare, bawang jahe, lawar dari buah ranti, jajan dari buah turi (biji
turi), ikan belanak (pindang awan), bawang butiran (tanpa diiris), Sarananya :
Babu Bajang, Babu Ulad-Alid, Babu Among, tancapi dengan bunga-bunga
landep-landep yang masih segar. Hutangnya : 77.
Wage Kelahiran Seseorang : akan kedatangan mala petaka
setelah berusia lima bulan, atau baru berusia lima malam, itulah batas waktu
kodrat kelahirannya, itu memang garis kehidupannya. Upakara/upacara sesajinya :
tumpeng hitam, dagingnya : daging ayam warna bulu hitam, wadahnya tamas ron
yang memakai semat (ron = daun aren), bebek guling, warna sesaji ruwatan itu
serba hitam, nasi hidangan warna hitam, daging ayam hitam yang dipanggang
dibentuk kembali seperti waktu hidupnya, sate calon, balung gegending, lalapan
sayur daun pepe, bawang jahe, ayam be tutu, sayur dari daun dadap yang baru
tumbuh (masehen), Sarananya : indung Bajangan, Babu Sugih, Babu Among, babu
Wirangrong, dengan sesapan : puniki pun………..anu, angaturi tadah kabelanira, pda
muktya Sira. Hutangnya : 400.
Keliwon kelahiran seseorang
: akan
kedatangan mala petaka setelah berumur lima hari, tujuh bulan, itulah waktu
kedatangan mara bahaya atau musibah yang menimpanya. Upakara/upacara sesajinya :
tumpeng seliwah (sebelah warna putih, sebelah lagi warna lain), dagingnya :
daging ayam brumbun, nasi hidangan yang dipanggang dan dibentuk kembali seperti
pada waktu hiduonya, bebek guling, sayur asam, daging (ikannya) : terasi,
sayur, dari dedaunan yang telah gugur 49 dilalap, bawang yang diiris (emba),
irisan kencur, Saranannya : Sang Babu Bajang Babu, Korekah, Babu Prayoni, Babu
Among, Caru (ruwatannya) serba lengkap, tancapi dengan daun beringin yang masih
muda, Adapun yang akan diberi bekal : Babu Lembana, yang akan melengkapinya.
Om Siwa dipati ya namah
swaha. Hutangnya : 880, Ruwatan dilaksanakan di Sanggar.
XXV. Inilah Wuku Kelahiran Seseorang Serta Baik-buruknya :
Sinta : Dewa Indra adalah dewanya
Wuku Sinta, sangat tercemar, kecemaran atau kelemahannya senantiasa melakukan
perkawinan. Pencegahannya : adalah dengan upacara dagingnya : ayam putih,
tumpeng mas ginitir, tumpeng putih kuning, daging ayam siungan jantan dan
betina. Tadah pawitra, pisang kembang, pisang teges, kembang payas, sedah putih
hijo. Caru (upacara ruwatan) dibagian bawah, ayam wiring (bulu warna merah) 3
ekor, penek, bawang merica, buah-buahan, isuh-isuh (dari telur ayam kampong),
air siramannya dari air kelapa muda warna hijau 9 buah, Sarana : Sang Apiturun.
Landep : Dewa Brahma adalah dewanya
Wuku Landep tercemar, kecemarannya merupakan bahaya besar yakni kematian, yang
akan menimpanya ketika dia turun ke sawah. Hal ini dapat dicegah dengan Upacara
Ruwatan (caru) : celeng, ayam, itik,
tumpeng (penek) : 9 buah, dius kumbacarat 9, (tanaya pada yang akan
melaksanakan upacara tsb), isuh-isuh (dari telur ayam kampung pepulungan.
Sarana
: Sang Apiturun.
Wukir : Hyang Citragotra adalah
dewanya Wuku Wukir Upacara ruwatannya : telah pawitra, ayam brumbun, tumpeng
siwa, buah-buahan, psang kembang, burat wangi, lenga wangi, Sarana : Sang
Apiturun.
Kurantil : Dewi urga adalah dewanya
Wuku Kurantil amar cemar, bahaya yang menimpanya jatuh dari pohon atau dari
panjatan. Pencegahannya : dengan mengadakan/melakukan berupa : babi (celeng)
anjing, ayam putih, rumbah gile, sate calon, nasi takilan, pisang setakep,
tadah pawitra, sadah putih hijo, beras dari padi gogo, seberat atenah (± 30 kg
padi butiran) isuh-isuh. Sarana : Brakala.
Tolu : Hyang Ganakomara adalah dewanya Wuku Tolu. Musibah
yang akan menimpanya : kehilangan kasih saying (terputusnya oleh rasa cinta),
Upacara/upakara ruwatannya babi, ayam brumbun, penek, tadah pawitra,
buah-buahan, buratwangi, sesarinya lengkap, Sarana : Sang Apiturun.
Gumbreg : Betara Hyang Lumanglang adalah dewanya wuku
Gumbreg. Bahaya (musibah) yang akan menimpanya : mati masih kanak-kanak,
Pencegahannya dengan ruwatan babi belang kalung, darahnya dicipratkan, anjing
bang (warna bulunya merah), tumpeng putih kuning, ayam panggang, buah-buahan,
tadah pawitra, sesari lengkap, Asuwya (?), daun awar-awar. Sarana : Sang
Apiturun.
Wariga : Betara Jagatpati, adalah dewayanya wuku Wariga,
amat tersemar, Musibah (bahaya) yang menimpanya adalah : mati apabila turun
bersawah. Pencegahannya, dengan jalan melakukan ruwatan, dengan srana upacara :
babi, anjing, itik, ayam, penek, tadah pawitra, buah-buahan, kembang pahias,
sesarinya lengkap. Sarana : Sang Apiturun.
Warigadian : Betara Dewasura adalah dewanya wuku Warigadian.
Musibah yang menimpanya : adalah mati kecebur air. Pencegahannya : Upacara
ruwatan berupa : babi, anjing, ayam wurik (buik), penek, yadah pawitra,
buah-buahan, buratwangi, pisang kembang, Sarana : Betara Surapati.
Julungwangi : Dewa dari Wuku Julungwangi adalah Betara Denda
Komara. Bahaya yang menimpanya : mati yang tidak wajar, didenda oleh Hyang
Durgadewi (oleh hal yang sangat menyeramkan), Pencegahannya, dengan ruwatan
upacaranya : babi, anjing bulu merah, babi belang, ayam walik (sudamala),
tumpeng penek, itik, alas sesajinya berpinggiran warna jingga. Sarana : Betara
Surapatikala.
Sungsang : Dewanya Sang Hyang Komara, Musibah yang menimpanya :
adalah mati tenggelam di air. Penangkalnya : Upakara/upakara : ayam sudamala,
babi, itik, sesuai dengan warna hari kelahirannya, tumpeng dan penek, alas,
dari sesaji itu berisi padang lepas. Sarana : Sang Apiturun.
Dungulan : Betara Kala adalah dewa dari wuku Dungulan. Amat
tercemar, musibah yang akan menimpanya : mati apabila turun bersawah, mati
kecebur di air yang dalam, mati dimangsa oleh Betara Kala. Pencegahannya dengan
ruwatan berupa sesaji antara lain : itik, bulu tiga warna, anak anjing, dius
kumba carat, alas sesaji itu jembut (?), Sarana : Betara Kala.
Kuningan : Dewa dari wuku ini : Betari Umadewi. Amat tercemar.
Musibah yang menimpanya : mati ketika melakukan pencurian, itu yang akan
menyebabkan senang orang yang ditinggalkannya (janda/duda). Penangkalnya :
dengan ruwatan dengan sesaji : anak anjing, babi, ayam, itik, tadah pawitra,
tumpeng, sarwa pawitra, kembang payas.
Langkir : Betara Indra adalah dewa dari Wuku Langkir. Amat
tercemar, musibah yang menimpanya : Penyakit kebutaan (buta ayam).
Pencegahannya : Upacara dengan mandi sarana buah-buahan, membajak di tempat
yang dianggap angker. Upakara ruwatan : anjing, babi, itik, ayam, semuanya
serba lengkap.
Medangsia : Betari Durga dewanya wuku medangsia. Amat tercemar,
Musibah yang menimpanya : mati kena amukan. Pencegahannya, dengan upakara
sesaji : babi, ayam hijau (ijo), gulai anjing putih, maksih utuh (?), tempat (wadahnya)
tembikur dari upih (pangkal pelepah pinang yang lebar), nasi hidangan, tuak
tidak disaring, ruwatan dilakukan disebelah Utara dari tempat angker.
Julungpujut (pujut) : Betara Iswara dewa dari wuku Pujut ini, Amat
tercemar. Musibah yang menimpa ditinggal oleh orang yang dicintainya. Upakara
ruwatan : anjing, ayam wurik, itik, ayam sudamala, kumba carat, sarwa pawitra,
sesarinya lengkap, alas dari upacara/upakara dari orang lain.
Pahang : Dewa dari Wuku Pahang adalah Betara Kecemaran yang
menimpa diri orang tersebut tidak pernah merasa bahagia. Pencegahannya : dengan
melakukan ruwatan, upakara/upacaranya : ayam hijau, babi, tumpeng putih kuning,
telur itik, alas dari upcara itu : Pahang kelapa (tandan dari buah kelapa),
kumba carat, susu 9 wadah, sarwa pawitra.
Krulut : Sang Hyang Aswinodewa dewa dari wuku Krulut.
Kecemarannya : selalu ingin kawin. Penangkalnya dengan melakukan ruwatan serta
sesajinya : babi, ayam wurik, tumpeng putih kuning, dan juga penek, sarwa
pawitra, itik, kembang payas, lenglap semuanya.
Merakih : Gandarwa adalah merupakan dewa dari WUku Merakih.
Yang merupakan kecemarannya adalah selalu diperbudak oleh orang lain.
Penangkalnya dengan ruwatan, upakara/upacaranya : babi, ayam warna putih
kemerahan atau bercampur warna merah (wangkas), perciki dengan darah ayam yang
matang serta mentah, isuh-isuh, tumpeng, penek, sarwa pawitra, sesarinya
lengkap, pisang kembang.
Tambir : Dewa dari wuku Tambir adalah Betara Kala.
Kecemarannya adalah : tidak merasakan kebahagiaan. Penangkalnya dengan ruwatan
berupa upakara : anjing, babi, ayam brumbun, tumpeng agung (besar) beserta
penek, pisang kembang, pisang teges, sarwa pawitra, sesarinya serba lengkap,
diperciki dengan darah babi, alas dari sesajinya itu putih, enam macam
tempatnya, dagingnya daging ayam abu-abu.
Medangkungan : Betara Kala merupakan dewa dari wuku Medangkungan,
Kecemarannya : selalu hidup keuslitan. Pennagkalnya merupakan sesaji dengan
upakara/upacara : anjing, babi, itik, ayam, carunya serba lengkap, tempatnya
adalah takir, alas dari sesajinya itu terdiri dari tiga warna.
Uye : Dewa dari wuku Uye adalah Sang Hyang Siwa.
Kecemarannya adalah : akan tertimpa oleh kematian yang tidak wajar.
Penangkalnya adalah : dengan melakukan ruwatan dengan upakara/upacara : tumpeng
putih kuning, babi, ayam, itik, sarwa pawitra, pisang kembang, pisang teges,
serba lengkap semuanya.
Menail : Dewa Wuku Menail adalah : Betara Nityasa.
Kecemarannya akan tertimpa oleh kematian yakni mati tenggelam di air.
Penangkalnya dngan jalan mengadakan ruwatan, dengan upacara/upakara : ayam bulu
hitam, babi yang diolah selengkapnya (dibikin ebatan) ati seutuhnya, buah Bligo
(pare) yang muda, rumput lepas, tumpeng agung serta penek, pisang kembang,
pisang teges, semuanya serba lengkap, perciki dengan darah babi belang, alas
sesajinya : damawon (?).
Prangbakat : Dewa Wuku Prangbakat yaitu Sang Hyang Baiswarna.
Kecemarannya : mati kena amukan. Penangkalnya : dengan ruwatan yang
upakara/upacaranya : babi poleng (belang), ayam wurik, perciki dengan darah
babi, babi yang diolah selengkapnya, tumpeng serta penek, pisang kembang,
pisang teges, tadah pawitra, terasi, Gerang kepiting, Sarana : Sang Hyang
Baiswarna, setelah dilakukan ruwatan lalu diayab (ditatab), pupuknya putih
kuning, isuh-isuh, daun bluntas, duwegan (kelapa yang masih amat muda).
Bala : Sang Hyang Wisnu dewa dari wuku Bala. Tidak ada
kecemaran, Ruwatannya dengan itik, ayam putih siungan, tumpeng, penek, sarwa
pawitra, sesarinya lengkap, buratwangi, berjenis bunga.
Ugu : Betara Guru merupakan dewa dari Wuku Ugu. Kecemarannya
: penuh dosa. Penangkalnya dengan ruwatan upakara/upacara : anjing, babi, ati
babi itu diolah, adu manis (kepongpong ulat kupu-kupu kuning), tumpeng beserta
penek, ayam, bebek, sarwa pawitra, caru serba lengkap, percikan kumba carat,
susu, percikandarah daging babi poleng (belang), alas dari sesaji itu keris,
setukel benang, uang 1000 kepeng, setelah ruwatan dijalankan diayap (tatab).
Kelawu : Dewanya adalah Sang Hyang Baiswara Kecemarannya :
mati tenggelam di air. Penangkalnya melakukan ruwatan dengan : babi diolah
selengkapnya tumpeng dicampur dengan bawang jahe, diisi lengkuas (isen) gulai
pare (mentimun), setelah matang ditaruh pada wadahnya berupa tembelung upih,
darah babi, ruwatan dilakukan di depan tempat angker, isuh-isuh, alasnya warna.
Dukut : Dewa Wuku Dukut adalah Sang Hyang Iswara. Kecemaran
(musibah) : mati kena racun, Penangkalnya dengan melakukan ruwatan yang
sesajinya berupa : ayam berumbun, bebek, babi, serba suci, serba lengkap,
buratwangi, tadah pawitra, percikan kumba carat, susu 5 wadah alas sesajinya
serba putih.
Watugunung : Betara Hyang Sambu dewa dari wuku Watugunung,
Kecemarannya : mati secara hina, Penangkalnya dengan ruwatan berupa sesaji :
anjing, babi, tumpeng peremon, yang terdiri dari tiga warna, ayam mancawarna
(lima ekor : putih, merah, putih siungan atau putih kuning), telur dari sumber
yang sama, perciki kumba carat, susu 7 wadah, alas sesaji dari daun sudamala.
XXVI.
Ini adalah Pratiti Kelahiran
Seseorang Bayi/kanak-kanak :
Terlebih dahulu harap diperhatikan anceng (singkatan-singkatan) di bawah
ini : satu belan menurut bulan (penanggal dan panglong) 30 hari. Yaitu jari ke
1 s/d 15, disebut penanggal (suklapaksa) disingkat dengan : Tang. Hari ke 16
s/d ke 30 disebut pangelong (kresnapaksa) disingkat dengan : Pang.
Hari ke 1, 2, 3, dst sampai ke 15, disebut dengan Tang, 1, 2, 3, dst. Sampai
dengan Tang 15. Hari ke 16, 17, 18 dst. Sampai dengan ke 30 disebut dengan :
Pang 1, 2, 3, dst. Sampai dengan Pang 15. Tang. 1, 15, Pang. 1, tresna 10,
wengi. 3 dan 5 lek (bulannya), 9 tahunnya, itu adalah hari apesnya, amat jelek.
Tang. 2, Pang 2 Wedana. 2 dan 10 wengi, 2 dan 8 leknya, 8 tahunnya, itu adalah
hari apesnya, baik. Tang, 3, Pang. 3, 13 sparsa. 2 dan 5 wengi, 9 lek
(bulannya), 9 tahunnya, itu adalah hari apesnya, buruk/jelek.
Tang. 4, Pang. 4, 14, sedayaana. 5 wengi, 5 bulan, 8 tahunnya, itu hari
apesnya. Baik.
Tang 5, Pang. 5, 15 namarupa. 6 wengi, 6 lek, 6 tahune, itulah hari
apesnya, jelek.
Tang. 6, Pang. 6, widnyana. 5 wengi, 5 lek, 6 tahunnya, itulah, hari
apesnya, baik.
Tang. 7, Pang 7, saskara. 8 wengi, 7 lek, 8 tahunnya, itulah hari
apesnya, jelek.
Tang. 8, Pang. 8, Tang 9,9, awidya. 9 wengi, 9 lek, 9 tahunnya, itulah
hari apesnya, baik.
Tang. 10, Pang. 9, jaramerana. 2 dan 9 wengi, 9 lek, 9 tahunnya, itulah
hari apesnya, jelek.
Tang. 11, Pang. 10, jati. 5 wengi, 9 lek, 10 tahunnya, itulah hari
apesnya, baik.
Tang 12, Pang. 11, bhawa. 9 wengi, 2 dan 8 lek, 9 tahunnya, itulah hari
apesnya, baik.
K a. 2 (karo) :
Tang. 1, 15, Pang. 1, upadana, 9 wengi, 2 lek, 9 tahunnya, itulah hari
apesnya, baik.
Tang. 2, Pang. 2, tresna, 10 wengi, 3, 5 lek, 9 tahunnya, itulah hari
apesnya, jelek.
Tang. 3, Pang. 3, Pang. 13, wedana. 2 dan 8, 10 wengi, 2 dan 8 lek, 8
tahunnya, itulah hari apesnya, baik.
Tang. 4, Pang. 4, Pang. 14, sparsa. 2 dan 5 wengi, 9, lek, 9, tahunnya,
itulah hari apesnya, jelek.
Tang. 5, Pang 5. Pang 15, sedayatana. 5 wengi, 5, lek, 8, tahunnya, itu
merupakan hari apesnya, baik.
Tang. 6, Pang. 6, namarupa. 6 wengi, 6 lek, 6 tahunnya, itulah hari
apesnya, jelek.
Tang. 7, Pang. 7, widnyana. 5 wengi, 5 lek, 6 tahunnya, itulah hari
apesnya, baik.
Tang. 8, Pang. 8, Tang, 9, saskara. 8 wengi, 7 lek, 9 tahunnya, itulah
hari apesnya, jelek.
Tang. 10, Pang. 9, awidya. 2 wengi, 9 lek, 9 tahunnya, itulah hari
apesnya, baik.
Tang. 11, Pang. 10, jaramerana. 2 dan 9 wengi, 9 lek, 9 tahunnya, itulah
hari apesnya, jelek.
Tang. 12, Pang. 12, jati. 5 wengi, 9 lek, 10 tahunnya, itulah hari
apesnya, baik.
Tang. 13, Pang. 12, Tang. 14, bawa. 9 wengi, 2 dan 8, lek, 9 tahunnya,
itulah hari apesnya, jelek.
Ka. (Katiga) :
Tang. 1, Pang. 1, Tang. 15, bawa, 9 wengi, 2 dan 8, lek 9 tahunnya,
itulah hari apesnya, jelek.
Tang. 2, Pang. 2, upadana, 9 wengi, 2, 5 lek, 9 tahunnya, itulah hari
apesnya, baik.
Tang. 3, Pang. 3, 13, tresna. 10 wengi, 3 dan 5 lek, 9 tahunnya, itulah
hari apesnya, jelek.
Tang. 4, Pang. 4, 14, wedana. 2 dan 10 wengi 2 dan 8, lek, 9, tahunnya,
itulah hari apesnya, baik.
Tang. 5, Pang 5. 15, sparsa. 2 dan 5 wengi, 9 lek, 9 tahunnya, itu
merupakan hari apesnya, jelek.
Tang. 6, Pang. 6, sadayatana. 5 wengi, 5 lek, 8 tahunnya, itulah hari
apesnya, baik.
Tang. 7, Pang. 7, namarupa. 6 wengi, 6 tahunnya, itulah hari apesnya, jelek.
Tang. 8, Pang. 8, Tang, 9, widnyana. 5 wengi, 5 lek, 6 tahunnya, itulah
hari apesnya, baik.
Tang. 10, Pang. 9, saskara. 8 wengi, 7 lek, 8 tahunnya, itulah hari
apesnya, jelek.
Tang. 11, Pang. 10, awidya. 9 wengi, 9 lek, 9 tahunnya, itulah hari
apesnya, jelek.
Tang. 13, Pang. 12, Tang. 14, jati. 5 wengi, lek, 10 tahunnya, itulah hari apesnya, baik.
Ka. 4 (Kapat)
Tang. 1, Pang. 12, Tang. 15, jati. 5 wengi, 9 lek, 10, tahunnya, itulah
hari apesnya, baik.
Tang. 2, Pang. 2, tresna, 10 wengi, 3, 5 lek, 9 tahunnya, itulah hari
apesnya, jelek.
Tang. 3, Pang. 3, 13, upadana. 9 wengi, 2 dan 8 lek, 9 tahunnya, itulah
hari apesnya, baik.
Tang. 4, Pang. 4, 14, tresna. 10 wengi, 3 dan 5 lek, 9, tahunnya, itulah
hari apesnya, jelek.
Tang. 5, Pang 5. 10, wedana. 2 dan 10 wengi, 5, lek, 9 tahunnya, itu
merupakan hari apesnya, baik.
Tang. 6, Pang. 6, separsa. 2 dan 5 wengi, 9 lek, 9 tahunnya, itulah hari
apesnya, jelek.
Tang. 7, Pang. 7, sedayatana. 5 wengi, 5 lek, 8 tahunnya, itulah hari
apesnya, baik.
Tang. 8, Pang. 8, Tang, 9, namarupa. 6 wengi, 5 lek, 8 tahunnya, itulah
hari apesnya, jelek.
Tang. 10, Pang. 9, widnyana. 5 wengi, 5 lek, 6 tahunnya, itulah hari
apesnya, baik.
Tang. 11, Pang. 10, saskara 8 wengi, 7 lek, 8 tahunnya, itulah hari
apesnya, jelek.
Tang. 12, Pang. 11, awidya. 9 wengi, 9 lek, 9 tahunnya, itulah hari
apesnya, baik.
Tang. 13, Pang. 12, 14, jaramarana. 2 dan 9 wengi, 9, lek, 9 tahunnya,
itulah hari apesnya, jelek.
Ka. 5 (Kalima) :
Tang. 1, Pang. 1, Tang. 15, jaramarana. 2 dan 9 wengi, 9 lek, 9,
tahunnya, itulah hari apesnya, jelek.
Tang. 2, Pang. 2, jati, 5, wengi, 3, 9 lek, 10 tahunnya, itulah hari
apesnya, baik.
Tang. 3, Pang. 3, 13, bawa. 9 wengi, 2 dan 8 lek, 9 tahunnya, itulah
hari apesnya, jelek.
Tang. 4, Pang. 4, 13, bawa. 9, wengi, 2 dan 8 lek, 9, tahunnya, itulah
hari apesnya, jelek.
Tang. 5, Pang 5. 15, tresna. 10 wengi, 3 dan 5, lek, 9 tahunnya, itu
merupakan hari apesnya, jelek.
Tang. 6, Pang. 6, wedana. 2 dan 10 wengi, 2 dan 8 lek, 8 tahunnya,
itulah hari apesnya, jelek.
Tang. 7, Pang. 7, separsa. 2 dan 5 wengi, 9 lek, 9 tahunnya, itulah hari
apesnya, jelek.
Tang. 8, Pang. 8, Tang, 9, sedayatana. 5 wengi, 5 lek, 6 tahunnya,
itulah hari apesnya, jelek.
Tang. 10, Pang. 9, namarupa. 6 wengi, 6 lek, 6 tahunnya, itulah hari
apesnya, jelek.
Tang. 11, Pang. 10, saskara 8 wengi, 7 lek, 8 tahunnya, itulah hari
apesnya, jelek.
Tang. 12, Pang. 11, saskara. 8 wengi, 7 lek, 8 tahunnya, itulah hari
apesnya, jelek.
Tang. 13, Pang. 12, Tag, 14, awidya. 9 wengi, 9, lek, 9 tahunnya, itulah
hari apesnya, baik.
Ka. 7 (Kapitu) :
Tang. 1, Pang. 1, Tang. 15, saskara. 8 wengi, 7, lek, 8, tahunnya, itulah
hari apesnya, jelek.
Tang. 2, Pang. 2, awidya, 9, wengi,
9 lek, 9 tahunnya, itulah hari apesnya, baik.
Tang. 3, Pang. 3, 13, jaramarana. 2 dan 9 wengi, 9 lek, 9 tahunnya,
itulah hari apesnya, jelek.
Tang. 4, Pang. 4, 14, jati. 5, wengi, 2 dan 8 lek, 9, tahunnya, itulah
hari apesnya, jelek.
Tang. 5, Pang 5. 15, bawa. 9 wengi, 2 dan 8, lek, 9 tahunnya, itu
merupakan hari apesnya, jelek.
Tang. 6, Pang. 6, upadana. 9 wengi, 2 lek, 9 tahunnya, itulah hari
apesnya, baik.
Tang. 7, Pang. 7, tresna. 10 wengi, 3 dan 5 lek, 9 tahunnya, itulah hari
apesnya, jelek.
Tang. 8, Pang. 8, Tang, 9, wedana. 2 dan 10 wengi, 2 dan 8 lek, 8
tahunnya, itulah hari apesnya, baik.
Tang. 10, Pang. 9, separsa. 2 dan 5 wengi, 5 lek, 9 tahunnya, itulah hari apesnya,
jelek.
Tang. 11, Pang. 10, sedayatana. 5 wengi, 5 lek, 8 tahunnya, itulah hari
apesnya, baik.
Tang. 12, Pang. 11, namarupa. 6 wengi, 6 lek, 6 tahunnya, itulah hari apesnya, jelek.
Tang. 13, Pang. 12, Tang, 15, widnyana. 5 wengi, 5, lek, 6 tahunnya,
itulah hari apesnya, baik.
Ka. 8 (Kawulu) :
Tang. 1, Pang. 1, Tang. 15, widnyana. 5 wengi, 5, lek, 6, tahunnya,
itulah hari apesnya, baik.
Tang. 2, Pang. 2, saskara, 8, wengi,
7 lek, 8 tahunnya, itulah hari apesnya, jelek.
Tang. 3, Pang. 3, 13, awidya. 9 wengi, 9 lek, 9 tahunnya, itulah hari
apesnya, baik.
Tang. 4, Pang. 4, 14, jaramarana. 2 dan 9 wengi, 9 lek, 9, tahunnya,
itulah hari apesnya, jelek.
Tang. 5, Pang 5. 15, jati. 5 wengi, 9, lek, 9 tahunnya, itu merupakan
hari apesnya, baik.
Tang. 6, Pang. 6, bawa. 9 wengi, 2 dan 8
lek, 9 tahunnya, itulah hari apesnya, jelek.
Tang. 7, Pang. 7, upadana. 9 wengi, 2
lek, 9 tahunnya, itulah hari apesnya, baik.
Tang. 8, Pang. 8, Tang, 9, tresna. 10 wengi, 3 dan 5 lek, 9 tahunnya,
itulah hari apesnya, baik.
Tang. 10, Pang. 9, wedana. 2 dan 10
wengi, 5 lek, tahunnya, itulah
hari apesnya, baik.
Tang. 11, Pang. 10, sparsa. 2 dan 5
wengi, 9 lek, 9 tahunnya, itulah hari apesnya, jelek.
Tang. 12, Pang. 11, sedayatana. 5 wengi, 5 lek, 8 tahunnya, itulah hari apesnya, baik.
Tang. 13, Pang. 12, Tang, 14, namarupa. 6 wengi, 6, lek, 6 tahunnya,
itulah hari apesnya, jelek
Ka. 9 (Kesanga) :
Tang. 1, Pang. 1, Tang. 14, namarupa. 6 wengi, 6, lek, 6, tahunnya,
itulah hari apesnya, baik.
Tang. 2, Pang. 2, widnyana, 5, wengi,
5 lek, 6 tahunnya, itulah hari apesnya, jelek.
Tang. 3, Pang. 3, 13, saskara. 8 wengi, 7 lek, 8 tahunnya, itulah hari
apesnya, baik.
Tang. 4, Pang. 4, 14, awidya. 9 wengi, 9 lek, 9, tahunnya, itulah hari
apesnya, baik.
Tang. 5, Pang 5. 15, jaramarana. 2 dan 9 wengi, 9, lek, 9 tahunnya, itu
merupakan hari apesnya, jelek.
Tang. 6, Pang. 6, jati. 5 wengi, 9
lek, 10 tahunnya, itulah hari apesnya, baik.
Tang. 7, Pang. 7, bawa. 9 wengi, 2 dan 8 lek , 9 tahunnya, itulah hari apesnya, jelek.
Tang. 8, Pang. 8, Tang, 9, upadana. 9 wengi, 2 lek, 9 tahunnya, itulah
hari apesnya, baik.
Tang. 10, Pang. 9, tresna. 10
wengi, 5 lek, 9 tahunnya, itulah hari apesnya, jelek.
Tang. 11, Pang. 10, wedana. 2 dan 10
wengi, 2 dan 8 lek, 8 tahunnya,
itulah hari apesnya, jelek.
Tang. 12, Pang. 11, seprarsa. 2 dan 5 wengi, 9 lek, 9 tahunnya, itulah hari apesnya, jelek.
Tang. 13, Pang. 12, Tang, 14, sadayatana. 5 wengi, 5, lek, 8 tahunnya,
itulah hari apesnya, jelek
Ka.10. (Kadasa) :
Tang. 1, Pang. 1, Tang. 15, sadatayana. 5 wengi, 6, lek, 8, tahunnya,
itulah hari apesnya, baik.
Tang. 2, Pang. 2, namarupa, 6, wengi,
6 lek, 6 tahunnya, itulah hari apesnya, jelek.
Tang. 3, Pang. 3, 13, widnyana. 5 wengi, 5 lek, 6 tahunnya, itulah hari
apesnya, jelek.
Tang. 4, Pang. 4, 14, saskara. 8 wengi, 7 lek, 8, tahunnya, itulah hari
apesnya, jelek.
Tang. 5, Pang 5. 15, awidya. 9
wengi, 9, lek, 9 tahunnya, itu merupakan hari apesnya, baik.
Tang. 6, Pang. 6, jaramarana. 2 dan 9 wengi, 9 lek, 9 tahunnya, itulah hari apesnya, jelek.
Tang. 7, Pang. 7, jati. 5 wengi, 9 lek
, 10 tahunnya, itulah hari apesnya, baik.
Tang. 8, Pang. 8, Tang, 9, bawa. 9 wengi, 2 dan 8 lek, 9 tahunnya,
itulah hari apesnya, jelek.
Tang. 10, Pang. 9, upadana. 10
wengi, 3 dan 5 lek, 9 tahunnya, itulah hari apesnya, jelek.
Tang. 11, Pang. 10, tresna. 10
wengi, 3 dan 5 lek, 9 tahunnya,
itulah hari apesnya, jelek.
Tang. 12, Pang. 11, wedana. 12 dan 10 wengi, 2 dan 8 lek, 8 tahunnya, itulah hari apesnya, baik.
Tang. 12, Pang. 12, Tang, 14, separsa. 2 dan 5 wengi, 9, lek, 9
tahunnya, itulah hari apesnya, jelek
Ka. 11 (Jyesta)
Tang. 1, Pang. 1, Tang. 15, separsa. 2 dan 5 wengi, 9, lek, 9, tahunnya,
itulah hari apesnya, baik.
Tang. 2, Pang. 2, sadayatana, 5, wengi,
5 lek, 8 tahunnya, itulah hari apesnya, baik.
Tang. 3, Pang. 3, 13, namarupa. 6 wengi, 6 lek, 6 tahunnya, itulah hari
apesnya, jelek.
Tang. 4, Pang. 4, 14, widnyana. 5 wengi, 5 lek, 6, tahunnya, itulah hari
apesnya, baik.
Tang. 5, Pang 5. saskara. 8
wengi, 9, lek, 8 tahunnya, itu merupakan hari apesnya, baik.
Tang. 6, Pang. 6, awidya. 9 wengi, 9
lek, 9 tahunnya, itulah hari apesnya, baik.
Tang. 7, Pang. 7, jaramarana. 2 dan 9 wengi, 9 lek , 9 tahunnya, itulah hari apesnya, jelek.
Tang. 8, Pang. 8, Tang, 9, jati. 5 wengi, 9 lek, 10 tahunnya, itulah hari apesnya, baik.
Tang. 10, Pang. 9, bawa. 9 wengi,
2 dan 8 lek, 9 tahunnya, itulah hari apesnya, jelek.
Tang. 11, Pang. 10, upadana. 9 wengi,
2 lek, 9 tahunnya, itulah hari apesnya,
baik.
Tang. 12, Pang. 11, tresna. 10 wengi, 3 dan 5 lek, 9 tahunnya, itulah hari apesnya, jelek.
Tang. 13, Pang. 12, Tang, 14, wedana. 2 dan 10 wengi, 2 dan 8 lek, 8 tahunnya, itulah hari apesnya, baik.
Ka. 12. (Asada) :
Tang. 1, Pang. 1, Tang. 15, wedana. 2 dan 10 wengi, 2 dan 8 lek, 8,
tahunnya, itulah hari apesnya, baik.
Tang. 2, Pang. 2, separsa, 2 dan 5, wengi, 9 lek, 9 tahunnya, itulah hari apesnya,
jelek.
Tang. 3, Pang. 3, 13, sadayatana. 5 wengi, 5 lek, 8 tahunnya, itulah
hari apesnya, baik.
Tang. 4, Pang. 4, 14, namarupa. 6 wengi, 6 lek, 6, tahunnya, itulah hari
apesnya, jelek.
Tang. 5, Pang 5. 15, widnyana. 5
wengi, 6, lek, 6 tahunnya, itu merupakan hari apesnya, baik.
Tang. 6, Pang. 6, saskara. 8 wengi, 7
lek, 8 tahunnya, itulah hari apesnya, baik.
Tang. 7, Pang. 7, awidya. 9 wengi, 9 lek
, 9 tahunnya, itulah hari apesnya, jelek.
Tang. 8, Pang. 8, Tang, 9, jaramarana. 2 dan 9 wengi, 9 lek, 9 tahunnya, itulah hari apesnya, jelek.
Tang. 10, Pang. 9, jati. 5 wengi,
9 lek, 10 tahunnya, itulah hari apesnya, baik.
Tang. 11, Pang. 10, bawa. 9
wengi, 2 lek, 10 tahunnya,
itulah hari apesnya, jelek.
Tang. 12, Pang. 11, upadana, 9 wengi, 2
lek, 9 tahunnya, itulah hari apesnya, baik.
Tang. 13, Pang. 12, Tang, 14, tresna. 10 wengi, 3 dan 5 lek, 9 tahunnya, itulah hari apesnya, jelek.
XXVII.
Inilah Kelahiran Seorang
Anak Sesuai Dengan Sasih (bulan) :
Ka. 2 (Karo), Ka. 3 (Katiga), Hulu (Kepala) menghadap ke Tenggara :
Panjan Umur, sejahtera.
Ka. 6 (Kenem), Ka. 7 (Kapitu), kepala menghadap Barat Laut; mendapatkan
martabat tinggi (terkenal)
Ka. 8 (Kawulu, Ka. 9 (Kasanga), Ka. 10 (Kadasa), (Kepala) menghadap ke
Timur Laut : selamat.
Ka. 11 (Jysta), Ka. 12 (Asada), Ka. 1 (Kasa) kepala menghadap ke Barat
daya : selamat.
XXVIII. Dan yang Jelek (kurang
beruntung) Kelahiran Seorang Anak :
Ka. 2 (Karo), Ka. 3 (Katiga), Ka.
4 (Kapat) Kepala menghadap Barat Laut : jelek, selalu dirundung malang.
Ka. 5 (Kalima), Ka. 6 (Kanem), Ka. 7 (Kapitu), apabila kepala menghadap
ke Tenggara, senantiasa ditinggal keberuntungan, jelek
Ka. 8 (Kawulu), Ka. 9 (Kasanga), Ka. 10 (Kadasa), bila anak tersebut
terlahir dengan kepala menghadap ke Timur laut kehidupannya selalu dilanda oleh
kesedihan, jelek.
XXIX.
Inilah yang Disebut Dengan
Pancawara dengan Pancawara Tahun, Serta Kelahiran seseorang, misalnya :
Bila kelahiran seseorang pada Hari Pon, pada rah, 1, 6, hari apesnya
(bahayanya).
Bila kelahiran seseorang pada Hari Wage : pada rah, 2,7 hari apesnya.
Bila kelahiran seseorang pada Hari Klion : pada rah, 3,8, hari apesnya.
Bila kelahiran seseorang pada Hari Umanis : pada rah, 4, 9, hari
apesnya.
Bila kelahiran seseorang pada Hari Paing : pada rah 5, 0, hari apesnya.
Apabila mengingat akan hari naas (apes) sampai-sampai mengancam
kematian, beserta dengan tahunnya, ingatlah akan kelahiran seseorang, yang
terpenting hari Panca waranya dalam kurun setahun itu. Penangkalnya adalah :
ingat dan pahamilah akan caru (ruwatan) : dengan sesaji antara lain : beras 5
kulak (kira-kira 2,5 kg),
dibuat dan dibentuk tumpeng, 4 buah warna putih : Warna kuning 1; tiga buah
disanggar (sanggah/pamrajan), 2 lagi (warna putih dan kuning). Diletakkan di
bawah cucuran atap rumah, 5 buah telur, sesuai dengan neptu dari kelahiran
seseorang tersebut, 1 butir, yang 4
butir lagi sesuai dengan, rupanya, dan yang sesuai dengan hari
kelahirannya diletakkan di cucuran, raka-raka perlengkapannya antara lain :
pisang sesisir (Aijas), buah kelapa sebutir, digantung pada tiang pelinggih
mrajan itu di sebelah kiri kanan pelinggih mrajan itu : cabai, terasi, bawang
merah, bawang putih, laos (isen), garam, tangkai buah kelapa. Yang di tanah :
nira (tuak) seguci, sebakul nasi, gelar sanga, sayur rebus, sesari : 555. Yang
dipuja yaitu : Sang awewehan, Sang Apiturun, Sang Asih Prana, Betara Kala.
Beras acawan, Sang Citragotra, Begawan Lumanglang, SIra Panyarikan ring Swarga,
Batara Iswara, Betara Mahesowa, Betara Brahma, Betara Rudra, Betara Mahadewa,
Betara Sangka, Betara Wisnu, Betara Sambu, Betara Siwa. Begawan Baiswarna,
Pancaresi, Betari Umawisesa, Widyadara, Widyadari, itu tadah sajinira. Itulah
mantra pemujaan terhadap saji persembahan ke hadapan para Dewa-Dewa tersebut
diatas.
Dari buku Pawacakan Rare
oleh Wayan Budha Gautama.
Komentar
Posting Komentar